Langsung ke konten utama

LAPTOP

Lagi, lagi, dan lagi.

Dalam sebulan ini, laptopku kembali kepada penyakit lamanya yang sudah hampir 2 tahun dialaminya. Laptopku tidak bisa tersambung ke wi-fi. Sering kali, hampir setiap aku membuka laptop. Tiba-tiba ikon wi-fi hilang dan tidak kembali. Jika sudah kembali, gagal tersambung, tidak ada koneksi. Aku tidak tahu sebutan jelas tentang penyakitnya menurut para ahli di bidang perlaptopan. Intinya seperti itu.

Yang ingin aku ceritakan bukan hanya itu. Karena penyakit laptopku, aku tidak merutinkan apa yang telah menjadi kebiasaan dalam menulis. Terbukti, ada beberapa hari di mana tidak ada tulisan yang aku publikasikan. Jika pun ada, isinya hanya beberapa kata yang tidak berlanjut menjadi paragraf yang utuh. Semangat menulis dapat seketika padam jika aku sudah berurusan dengan penyakit laptopku. 

Jika aku ingin sekali menulis, namun kondisi laptopku sedang "mengajak ribut", aku menulisnya melalui aplikasi yang ada di telepon pintarku. Tapi rasanya sangat berbeda sekali menulis di laptop dengan menulis melalui handphone. Mengetik menggunakan handphone, yang mengetik hanya dengan 2 ibu jariku. Tidak seperti ketika aku mengetik menggunakan keyboard laptop yang aku bisa menggerakkan 10 jariku secara bersamaan. Ada kepuasan tersendiri ketika aku bisa mengetik dengan 10 hari. Terdengar berlebihan, tapi aku merasa bahagia karenanya. 

Ketika aku menulis ini pun, laptopku memulai dramanya kembali. Dan aku tidak bisa menuliskannya sekali duduk. Perasaan gemas menyerang diriku ketika laptopku sedang memulai dramanya. Butuh waktu lama untuk membuatnya berhenti. Bisa dalam hitungan menit, jam, bahkan hari.

Apa aku perlu laptop baru? Inginku seperti itu. Tapi aku merasa aku belum terlalu membutuhkannya. Tetap saja mempunyai laptop baru adalah salah satu keinginanku tahun ini yang harus aku wujudkan. Semoga saja bisa. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...

Tentang Ziggy

Ziggy? Siapa Ziggy? Ziggy siapa? Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, seorang penulis Indonesia yang telah menerbitkan banyak buku. Aku menulis Tentang Ziggy sebagai wadah baru untuk menuangkan apa yang ada di dalam otakku setelah membaca beberapa buku karyanya.  Mari kita mulai. Aku telah membaca Di Tanah Lada (2015), Jakarta Sebelum Pagi (2016), White Wedding (2016), dan yang baru saja selesai Semua Ikan Di Langit (2017). Dan keempatnya aku baca di iPusnas. Bagaimana pada mulanya aku bisa membaca novel karangannya? Aku lupa persis kapan. Tapi, berdasarkan ingatanku yang ternyata tidak sekuat yang aku bayangkan, aku mulai mengetahui namanya dari Twitter―sebelum berubah nama menjadi X. Banyak orang yang berkomentar dalam sebuah Tweet tentang buku yang membuat orang yang telah selesai membacanya merasa kosong, dan mereka menulis "Di Tanah Lada" atau "novel karya Ziggy". Di lain itu, pada waktu yang lain, banyak orang yang menyayangkan tentang berita yang menyatakan bah...