Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.
Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tidak kuketahui keberadaannya, entah sedang berada di mana dan sedang melakukan apa.
Harusnya, aku bisa bertemu dengan pemilik bayang-bayang itu sebulan yang lalu. Tapi, jalan cerita Tuhan berbeda dengan jalan cerita yang telah aku susun rapi. Dan pada akhirnya, pertemuan itu hanya berwujud percakapan tanpa pertemuan. "Mungkin kalau jadi berjumpa, aku jadi semakin berharap," kurang lebih kalimat itu yang aku ucapkan kepada diriku sendiri sebagai bentuk "hiburan" yang sebetulnya tidak terlalu diperlukan. Toh, pada akhirnya aku harus bangun untuk menjalani hari-hariku seperti biasa, tanpa ada bayang-bayangnya.
Interaksi yang pernah terjadi di antara aku dengannya, aku biarkan saja sebagai bagian terkecil dari sekian banyaknya kenangan yang aku buat bersama orang lain. Satu dari sekian ratus bahkan ribu orang yang pernah aku temui dalam hidup. Pada akhirnya, jalannya berbeda.
Badai Tuan telah berlalu
Salahkah ku menuntut mesra?
Tiap pagi menjelang
Kau di sampingku
Ku aman ada bersamamu
Selamanya
Sampai kita tua
Sampai jadi debu
Ku di liang yang satu
Ku di sebelahmu
Badai Puan telah berlalu
Salahkah ku menuntut mesra?
Tiap taufan menyerang
Kau di sampingku
Kau aman ada bersamaku
Selamanya
Sampai kita tua
Sampai jadi debu
Ku di liang yang satu
Ku di sebelahmu
Komentar
Posting Komentar