Langsung ke konten utama

Tentang Kata yang Tidak Disukai

Malam yang rumit

Malam-malam makin rumit

Entah malam atau pikirannya yang rumit

Semuanya terasa rumit

Banyak kata yang ingin dimuntahkan. Tapi tak ada satu pun kata yang mampu tersusun rapi dalam sebuah kalimat yang penuh motivasi, termasuk untuk diri sendiri. Aku pikir mudah, kenyataannya bukan mudah seperti yang aku kira. Pikiranku terlalu kompleks, hingga tak ada cara yang mampu menembusnya untuk menemukan jalan keluar, seperti labirin.

Bagaimana cara aku mendobraknya? Bagaimana caranya agar aku bisa mengurai kerumitan yang telah terjalin dan terpilin begitu lama? Sukar. Bahkan aku sering dipusingkan oleh pikiranku sendiri. Aku harus apa? Memiliki banyak ide. Tapi tidak tahu caranya bertindak berdasarkan ide brilian yang telah tersusun.

Jika dirasanya terlalu berat, yah paling-paling tidur menjadi cara terbaik. Oh atau, biasanya jika kata-kata telah bertumpuk, mau tak mau aku harus mengeluarkannya, menuliskannya dalam status akun media sosialku­ ̶ biar orang-orang mengira bahwa aku masih hidup, tetap hidup, dan terus hidup.

Dan ada di satu masa di mana aku sudah cukup muakkk (aku tambah huruf di belakangnya agar menguatkan bahwa aku benar-benar). Benar-benar muak. Ha ha ha ha ... Sepertinya sebentar lagi aku harus mulai menulis novel? Atau mulai dari menulis cerpen? Atau tulisan populer? Atau berita? Agar suatu saat nanti aku dikenal sebagai seorang penulis. “Penulis yang karyanya dikagumi banyak orang itu adalah aku,” ucapku pada diriku sendiri suatu saat nanti. Pada saat itu, buku yang aku tulis telah diterbitkan oleh penerbit terkenal dan telah terjual 100.000 eksemplar pada tahun pertamanya setelah dirilis. Lantas di halaman pertama setelah halaman sampul, tertulis “cetakan pertama” “cetakan kedua” “cetakan ketiga” hingga “cetakan sepuluh”. Tak kalah membingungkan, banyak penerbit luar negeri yang tertarik dan meminta izin untuk menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu mereka.

Apa yang aku tulis di paragraf sebelum ini terasa berlebihan? Entahlah. Rasa-rasanya aku sudah mencoba untuk serealistis mungkin terhadap mimpiku di masa depan. “Kalau bermimpi jangan nanggung. Toh, itu hanya mimpi, gratis. Untuk mewujudkannya menjadi nyata, itu lain cerita.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...

Tentang Ziggy

Ziggy? Siapa Ziggy? Ziggy siapa? Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, seorang penulis Indonesia yang telah menerbitkan banyak buku. Aku menulis Tentang Ziggy sebagai wadah baru untuk menuangkan apa yang ada di dalam otakku setelah membaca beberapa buku karyanya.  Mari kita mulai. Aku telah membaca Di Tanah Lada (2015), Jakarta Sebelum Pagi (2016), White Wedding (2016), dan yang baru saja selesai Semua Ikan Di Langit (2017). Dan keempatnya aku baca di iPusnas. Bagaimana pada mulanya aku bisa membaca novel karangannya? Aku lupa persis kapan. Tapi, berdasarkan ingatanku yang ternyata tidak sekuat yang aku bayangkan, aku mulai mengetahui namanya dari Twitter―sebelum berubah nama menjadi X. Banyak orang yang berkomentar dalam sebuah Tweet tentang buku yang membuat orang yang telah selesai membacanya merasa kosong, dan mereka menulis "Di Tanah Lada" atau "novel karya Ziggy". Di lain itu, pada waktu yang lain, banyak orang yang menyayangkan tentang berita yang menyatakan bah...