Langsung ke konten utama

DOA

Di saat teman-temanku mungkin sudah ada di tahap meminta yang terbaik untuk masa depannya, karir, pendidikan, jodoh, dan yang lainnya, ternyata aku masih ada di tahap baru menyadari bahwa aku belum bisa menerima sepenuhnya keadaan keluargaku. Aku menyadari itu ketika aku berada di satu momen yang secara tidak sengaja membaca tulisan-tulisan yang aku kirimkan ke autobase di Twitter. Aku banyak mempertanyakan kondisi orang tuaku kepada orang lain. 

Dan dari kesadaran itulah, aku berdoa. Bukan meminta pekerjaan yang baik, rezeki yang barakah, jodoh yang sholih, maupun pendidikan yang memberi ilmu manfaat. Tapi aku hanya bisa berdoa diberikan keikhlasan dan kelapangan hati untuk menerima keadaan orang tuaku. Aku berdoa supaya diberikan kekuatan untuk menjalani dan menghadapi keluargaku. 

Jika bukan kepada yang Maha Memberikan Hidup, kepada siapa lagi aku harus meminta tolong? Rasa-rasanya aku tidak akan bisa menyelesaikan ini sendiri. 

Katanya, kebahagiaan akan datang jika kita bisa ikhlas menerima apa yang menjadi takdir kita. Tentu, Allah telah menyiapkan ganjaran berkali-kali lipat kepada kita. Dengan catatan kita mensyukuri apa pun yang terjadi. 

Tidak mudah memang. Aku yang 23 tahun saja masih berusaha untuk bisa menerimanya. Menerima saja belum bisa sepenuhnya, bagaimana aku bisa bersyukur dengan kehadirannya? Sampai kapan aku bisa benar-benar ikhlas menerima? 

Tangisku paling sakit masih dipegang oleh tangisanku ketika aku tidak diizinkan pergi ke Jogja oleh orang tuaku. Aku marah. Aku bertanya-tanya, mengapa Allah memberiku orang tua seperti mereka? Mengapa aku harus menjadi anak dari orang tuaku yang sekarang? Mengapa aku tidak menjadi anak dari orang lain saja? Aku sudah merasa sangat lelah menghadapi orang tuaku. Bapak ibuku, keduanya menurutku sama saja dalam mendidik anak mereka. 

Entahlah... Aku masih belajar. Pun dengan orang tuaku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...