Langsung ke konten utama

INTROVERT

Hari ini, hari introvert sedunia. 
Dan aku menjadi satu dari banyaknya manusia introvert di seluruh dunia. Apakah aku bangga dengan diriku sendiri? Apakah aku bisa mencintai diriku sendiri sebagai seorang introvert? 

Aku melihatnya dengan dua sisi. Satu sisi, aku sangat nyaman hidup sebagai introvert. Aku tidak pernah takut dengan yang namanya kesepian dan kesendirian karena aku telah terbiasa hidup dengan yang seperti itu. Aku memiliki berbagai macam kegiatan yang dapat aku lakukan untuk mengisi hari-hari kesendirianku. Aku membaca buku, mendengarkan lagu-lagu yang aku suka, menonton drama Korea dan kartun Jepang, juga aku menulis ceritaku seperti saat ini. Aku suka berada di dalam rumah, bukan berarti aku ingin terus-terusan dan selamanya di dalam rumah. Terkadang, ada di satu momen ketika aku merasa sangat kesepian dalam kesendirianku juga ketika aku sudah terlalu jenuh dengan aktivitasku di dalam kamar. Jika terjadi yang seperti itu, biasanya aku memutuskan untuk sekadar berjalan-jalan keluar rumah. Tidak punya tujuan yang jelas pun tidak masalah. Hanya melihat orang-orang berlalu lalang, cukup untuk menghiburku. 

Dulu ketika aku masih menjadi anak kos, aku sering mengendarai motor tanpa tujuan, menyusuri jalan mengikuti mayoritas orang, dan berujung duduk di salah satu kursi yang berada di kawasan Malioboro. Hanya duduk dan memandangi orang-orang yang melewatiku. Jika kebetulan aku membawa sebuah buku, aku akan membukanya tanpa ada niatan untuk membacanya. Aku pernah duduk di salah satu bangku kawasan Titik Nol Kilometer Jogja dan aku membuka sebuah buku yang hingga kini buku itu belum pernah selesai aku baca. Karena kondisi waktu itu ramai, banyak orang yang memperhatikanku. Beberapa saat kemudian, aku melihat seseorang yang duduk di bangku sebelahku fokus membaca sebuah buku. Aku begitu penasaran, buku apa yang sedang dibaca oleh orang tersebut. Aku tidak berani bertanya dan hanya memperhatikan sampul buku itu yang berwarna ungu. Karena langit mulai gelap karena waktu Magrib hampir tiba dan awan hitam juga turut berada di sana, aku memutuskan untuk segera pulang. Beberapa pekan kemudian ketika aku berada di perpustakaan kampus, aku menemukan buku yang sama persis dengan buku yang aku lihat pada waktu itu. Judulnya adalah I Am Sarahza, sebuah novel  karya Hanum Salsabiela Rais.

Sebenarnya, aku sangat menyukai alam dan petualangan. Bagiku, mengunjungi dan menemukan tempat baru yang belum pernah aku datangi adalah pengalaman yang berharga bagiku. Tidak hanya berpatokan pada tempat wisata, bertemu dengan orang-orang baru juga tidak kalah menariknya bagi diriku. Sekadar obrolan singkat dapat menjadi pembelajaran bagiku. Salah satu harapanku di masa depan nanti adalah berkeliling Indonesia bahkan dunia. Tapi, apakah aku bisa?

Dan di satu sisi yang lain, aku sedikit kecewa dengan diriku sebagai orang introvert, orang yang tertutup. Selama ini, jika ada masalah atau pun beban pikiran, aku cenderung menyimpannya sendiri. Aku tidak ingin merepotkan orang-orang di sekitarku karena masalahku. Tak jarang, ketika otakku telah penuh dengan masalah, aku mengalami stres, frustrasi, bahkan hingga depresi. Aku tidak bisa mengungkapkan apa yang sedang aku rasakan dan ketika orang lain bertanya "apakah kamu baik-baik saja?" aku akan dengan cepat menjawab "aku gak papa." atau "aku baik-baik saja." Aku kesulitan bersosialisasi dengan orang lain (baca: sosiopat) dan aku terlalu malas jika harus berhadapan dengan banyak orang. Mungkin karena aku kurang nyaman jika harus bertemu dengan orang-orang, aku mengalami kesulitan untuk berkomunikasi. Kata-kata yang keluar dari mulutku terkadang berbeda dengan kata-kata yang telah tersusun dalam otakku. Itu hal sederhana yang terkadang membuat diriku kepikiran dalam beberapa saat bahkan hingga bertahun-tahun lamanya.

Apa aku terlahir sebagai introvert? Aku pikir tidak. Aku menjadi introvert bukan karena keinginanku. Akan tetapi, diriku yang seperti ini terbentuk oleh lingkunganku, terutama lingkungan keluargaku. 

Aku ingin suatu saat nanti, aku bisa mencintai diriku sendiri sepenuhnya, dengan apa adanya diriku. Aku ingin menjadi introvert yang berkualitas dan berkelas, ahli dalam bidang yang aku sukai. Menjadi perempuan mandiri dengan membawa kemanfaatan orang lain adalah salah satu impianku.

Sekian cerita dari seorang introvert.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...