Hari ini aku melanjutkan membaca buku Totto-chan (Gadis Cilik di Jendela). Sudah hampir seminggu ini, minat membacaku menurun. Meskipun buku-buku tidak pernah jauh dariku, rasanya terlalu malas untuk membaca. Sama seperti menulis. Ada masa di mana aku terlalu malas untuk menulis. Tapi dari setiap kemalasan yang aku rasakan, ada satu hal yang aku pelajari, pemaksaan. Semalas apa pun kita terhadap sesuatu, suka tidak suka, mau tidak mau, aku harus memaksa diriku untuk selalu melakukannya.
Berencana itu penting, tapi bagian terpenting tiap rencana adalah merencanakan yang tak berjalan sesuai rencana - The Psychology of Money. Sudah lama sekali aku ingin menuliskan kutipan tersebut dan baru sekarang aku mengingatnya. Aku mengiyakannya. Setuju tentang isi kutipan tersebut. Aku menyebutnya rencana kedua. Ketika aku mempunyai rencana, aku harus mempunyai rencana lain ketika rencanaku tidak berjalan sesuai dengan apa yang telah aku rencanakan. Salah satu guru pernah berkata bahwa bermimpi dan optimis mimpi itu akan terwujud adalah suatu keharusan. Namun kita juga harus memikirkan kemungkinan terburuk. Bukan pesimis, tapi lebih kepada menyiapkan diri dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, terutama tentang kegagalan yang akan dialami.
Seperti yang kita tahu, hidup tidak semulus yang kita rencanakan. Kita berencana, Tuhan yang menentukan. Tuhan memberi apa yang kita butuhkan, bukan apa yang kita inginkan. Sesuatu yang kita anggap baik, bukan berarti itu yang terbaik untuk kita dan hidup kita. Bukan berarti sesuatu yang kita benci itu buruk bagi kita. Mau mengelak sekali pun, jika sudah digariskan juga akan tetap terjadi pada kita, sebagus apa pun rencana yang telah kita buat dan susun.
Komentar
Posting Komentar