Hari ini aku bertemu dengan temanku waktu bersekolah di madrasah ibtidaiyah. Temanku juga teman orang yang aku rindukan, karena kita sekelas. Ketika aku mengobrol dengannya, aku sama sekali tidak memancing cerita tentang orang tersebut. Temanku bercerita dengan sendirinya tanpa aku minta.
"Dia di rumah kan?"
Aku hanya menjawab, "Iya. Aku tahu dari storynya. Tapi kayaknya dia udah balik."
Temanku juga bercerita bahwa dia pernah diajak jalan olehnya. Aku sudah tahu cerita itu sudah setahun lalu dari temanku yang lain. Tanpa perlu aku bertanya langsung kepada yang bersangkutan untuk mengonfirmasi kebenarannya. Dari temanku tersebut, aku tahu bahwa ajakan jalan itu bermaksud untuk dia agar bisa menceritakan masalahnya kepada temanku, termasuk tentang hubungan kita berdua.
"Mau dilanjut apa berhenti?"
Itu pertanyaan yang diajukan seseorang tersebut kepada temanku. Pertanyaan itu juga yang sering aku tanyakan kepada diriku sendiri.
Tapi sedari awal aku sudah berkata kepada diriku sendiri bahwa aku tidak berniat untuk move on dan aku tidak mau melepaskan dia.
Aku harus bagaimana kedepannya? Maju enggan, mundur tak mau. Kita sekarang sedang istirahat di tempat dalam menjalin hubungan. Tapi sebagai pribadi, kita berdua sedang berlari untuk memenuhi apa yang menjadi keinginan agar memberikan nilai kepada diri sendiri.
Perasaannya dalam. Aku pun begitu. Dia lebih nyaman bercerita masalahnya kepada temannya daripada diriku. Dia lebih bisa terbuka dengan temannya daripada diriku. Lantas harus bagaimana? Seburuk ini ya, komunikasi kita? Aku pikir aku bisa menjadi tempatmu bersandar. Sekedar melihatmu saja aku tidak bisa.
Komentar
Posting Komentar