Langsung ke konten utama

SUI*IDE

Dalam dua minggu terakhir, beberapa kali aku mendengar atau pun membaca berita tentang mahasiswa yang bunuh diri. Di sini aku tidak ingin membenarkan tindakan bunuh diri karena sejak jaman dahulu termasuk ke dalam perbuatan yang dilarang oleh Islam. Bunuh diri urusannya sudah langsung dengan Sang Pencipta, bukan dengan sesama manusia lagi (meskipun ada beberapa bunuh diri yang dilatarbelakangi oleh masalah dengan manusia).
Aku hanya ingin bertanya, apa yang menyebabkan seseorang akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya? Atau pun memiliki pemikiran untuk melakukannya?
Bagaimana perasaan dan pikiran para pelaku sebelum melakukannya?
Seberat apa beban yang sedang ditanggungnya?
Sesedih apa masalah yang sedang dihadapinya?
Sesakit apa luka yang sedang dirasakannya?
Pertanyaan-pertanyaan yang aku tulis mungkin tidak akan pernah terjawab oleh orang yang telah memutuskan untuk hal itu.
Sepertinya, sebanyak apa pun kisah yang diceritakannya kepada orang lain, itu tidak dapat mewakili seluruh emosi yang dirasakannya.
Memang ya...
Setiap manusia memiliki ujiannya masing-masing. Yang menurut kita baik-baik saja, belum tentu dia benar-benar baik.
Kita, selalu menilai hanya dari luarnya saja. Karena sebenarnya hanya bagian luar yang tampak oleh orang lain. Ibarat kacang. Yang bisa kita lihat hanya kulit luar. Bagian dalamnya? Kita akan mengetahuinya setelah kita membukanya.
Kemarin aku membaca salah satu status WhatsApp teman. Status tersebut berisi opini dia tentang bunuh diri. Dia berargumen bahwa mayoritas pelaku bunuh diri memiliki latar belakang ekonomi kelas menengah atas. Hal ini dikarenakan ekspektasi yang terlalu tinggi akan sesuatu. Berbeda dengan seseorang yang berasal dari ekonomi kelas bawah yang tidak berani berekspektasi terlalu tinggi karena sebelum berekspektasi, ia sudah dibenturkan oleh kenyataan.
Menurutku, ada benarnya juga. Realitas dan pengalaman terkadang memberikan pelajaran yang cukup manjur jika dibandingkan dengan pelajaran yang diajarkan di sekolah. Tidak berani memiliki ekspektasi karena kenyataan tidak akan pernah bisa memenuhi harapan yang kita inginkan. Berkali-kali dikecewakan oleh tidak terpenuhinya harapan membuat seseorang berpikir ulang untuk memiliki ekspektasi yang terlalu tinggi. 
Daripada menginginkan sesuatu yang seperti mustahil terjadi, lebih baik menerima apa yang ada dan mensyukuri yang kita memiliki. Tapi...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

LNFIL

Let's Not Fall In Love ~ BIGBANG Jatuh cinta sejak pertama kali aku mendengarnya, membawa perasaan bahagia dan ringan untuk didengarkan. Tanpa sengaja, video yang berisi lagu tersebut lewat dalam beranda akun media sosialku, lirik beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Namun durasi video tersebut hanya beberapa detik dan hanya bagian reff saja. Dari lagu yang singkat tersebut, rasa penasaranku muncul. Tanpa pikir panjang, aku mencarinya di YouTube. Dan hingga hari ini, mungkin lagu itu telah aku putar puluhan kali di Spotify, YouTube dan YouTube Music. Ada apa dengan lagu Let's Not Fall In Love? Ada apa dengan lagunya atau pada diriku? Mari tidak jatuh cinta, arti dari judul lagu tersebut. Menurut halaman Wikipedia,  Let's Not Fall In Love  bercerita tentang seorang pria yang tidak ingin menjalin hubungan lebih jauh lagi bersama wanitanya.  BIGBANG - 우리 사랑하지 말아요(LET'S NOT FALL IN LOVE) M/V Jangan jatuh cinta 우리 사랑하지 말아요 Masih belum tahu banyak 아직은 잘 모르잖아요 Sebena...

AWARE

Aku tahu apa yang harus kulakukan di tahun ini.  "Mencintai dan menerima diriku sendiri." Kesadaran itu muncul ketika aku melakukan sesuatu yang sangat jarang sekali aku lakukan, mandi pagi. Aku sangat jarang sekali mandi pagi. Aku mandi pagi ketika ada urusan yang mengharuskan aku pergi ke luar rumah. Terdengar jorok dan memang jorok bagi siapa pun yang mendengarnya. Tapi kali ini aku sedang menulisnya, jadi terlihat jorok bagi siapa pun yang membacanya. Tidak masalah.  Biasanya, aku mandi ketika telah memasuki waktu zuhur untuk salat. Kenapa harus mandi siang hari? Karena aku merasa tidak nyaman jika aku salat zuhur dengan keadaan berkeringat. Itu alasanku.  Namun, dalam seminggu ini, aku mulai membiasakan diri untuk mandi pagi setelah aktivitas bersih-bersih rumah. Meskipun belum bisa merutinkannya setiap hari. Beberapa dalam seminggu ini aku memakai lulur. Dan setelah mandi, aku memakai skin care untuk wajahku, deodoran untuk ketiakku, dan body lotion untuk kulit tang...

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...