Langsung ke konten utama

NOSTALGIA

Niat awalku hanya ingin mencari foto-fotoku ketika berada di Pantai Parangtritis Mei 2019 lalu. Waktu itu aku pergi bersama salah satu temanku setelah salat Subuh ketika bulan puasa. Sudah lama sekali aku tidak membuka berkas-berkas lama hingga aku lupa di letak aku menyimpannya. Aku harus membuka folder satu demi satu dan menggulirkannya dari awal hingga akhir demi menemukan foto-fotoku itu.

Dari banyaknya berkas folder yang berisi foto, aku menemukan folder yang berisi foto-fotoku zaman dulu, bersama teman-temanku Ilmu Hadis dan Pagar Nusa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta 

Yah... 

Rindu dengan kebersamaan dan kenangannya. Sesuatu yang bisa dibilang "mustahil" untuk dilakukan lagi. Jangankan untuk berfoto bersama seperti dahulu, bertemu kembali saja kemungkinan sangat kecil.

Aku tumbuh, dia tumbuh, mereka tumbuh, dan kita tumbuh. Waktu yang membawa pertemuan itu perlahan-lahan bergulir, memisahkan kita seperti dulu sebelum kita saling bertemu dan merangkai cerita. Tak terasa, 5 tahun berlalu. Sejak pertemuan pertamaku dengan teman-temanku, aku semakin yakin people come and go. 

Setiap orang yang datang, akan pergi.

Setiap ada pertemuan, akan ada perpisahan.

Semua tentang waktu dan kesempatan.

Aku sangat sangat merindukan teman-temanku. Aku ingin bertemu dengan mereka lagi. Entah kapan nanti... Aku selalu berharap akan segala kemungkinan pertemuan kita nanti.

Karena kita telah melangkah pergi menuju tujuan masing-masing.

Meninggalkan jalan bersama menuju jalan yang telah kita pilih. 

Berbeda-beda...

Aku harap, semua orang yang pernah mengenalku selalu dalam keadaan sehat dan bahagia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...

Tentang Ziggy

Ziggy? Siapa Ziggy? Ziggy siapa? Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, seorang penulis Indonesia yang telah menerbitkan banyak buku. Aku menulis Tentang Ziggy sebagai wadah baru untuk menuangkan apa yang ada di dalam otakku setelah membaca beberapa buku karyanya.  Mari kita mulai. Aku telah membaca Di Tanah Lada (2015), Jakarta Sebelum Pagi (2016), White Wedding (2016), dan yang baru saja selesai Semua Ikan Di Langit (2017). Dan keempatnya aku baca di iPusnas. Bagaimana pada mulanya aku bisa membaca novel karangannya? Aku lupa persis kapan. Tapi, berdasarkan ingatanku yang ternyata tidak sekuat yang aku bayangkan, aku mulai mengetahui namanya dari Twitter―sebelum berubah nama menjadi X. Banyak orang yang berkomentar dalam sebuah Tweet tentang buku yang membuat orang yang telah selesai membacanya merasa kosong, dan mereka menulis "Di Tanah Lada" atau "novel karya Ziggy". Di lain itu, pada waktu yang lain, banyak orang yang menyayangkan tentang berita yang menyatakan bah...