Berita dan cerita yang mengejutkan yang kudengar hari ini, setidaknya dalam 3 bulan terakhir.
Masih ingatkah dengan ceritaku kemarin tentang keinginanku untuk melanjutkan pendidikanku?
Sejak kuutarakan keinginanku tersebut kepada kedua orang tuaku, keduanya memberikan respons yang berbeda. Ibuku, secara tidak langsung mendukungku untuk kuliah lagi. Bapakku, kebalikannya. Bapak cenderung menolak dan tidak mengizinkanku. Aku tidak tahu pasti apa yang menjadi alasan bapak tidak mengizinkanku. Selama ini yang kutahu, bapak melarangku karena alasan dana. Yang memang dana untuk lanjut pendidikanku tidaklah murah. Apalagi jika aku menginginkan masuk pada program studi non-linear dari jurusanku sekarang. Mungkin biayanya bisa berkali-kali lipat lebih mahal.
Betapa rumitnya permasalahan perekonomian keluarga. Aku hanya baru mendengarnya saja, belum mengalaminya secara langsung. Dunia utang-piutang tidak dapat dihindarkan ketika sudah dipepet oleh kebutuhan. Gali lubang tutup lubang menjadi hal yang lumrah. Dari cerita orang lain saja aku sudah bisa membayangkan bagaimana kompleksnya masalah tersebut. Bagaimana dengan keluargaku nanti? Mari kita membaca dulu buku The Psychology of Money yang baru saja aku beli 5 hari yang lalu. Hehehe... Meskipun aku belum tahu bagaimana persis isinya, tapi banyak orang yang merekomendasikan buku tersebut. Tidak setebal Atomic Habits. Semoga aku tidak lama dalam membacanya.
Kembali ke topik. Tadi ibuku bercerita tentang alasan lain mengapa bapak tidak merestui. Meskipun ibu tidak bercerita secara detail, namun aku dapat menyimpulkan bahwa bapak dipengaruhi oleh teman kerjanya. Balik lagi ke faktor pertama, uang. Menurut temannya bapak, menguliahkan anak S2 itu sama saja dengan membuang uang secara percuma. Dan bapak terpengaruh dengan pendapat tersebut.
Aku menghela napas berat.
Berat ya...
Tidak ingin menyalahkan siapa pun. Tapi juga terlalu berat untuk menerima semua ini. Bukan aku yang tidak ingin berkembang, tapi linkunganku yang tidak mendukung.
Sudahlah...
Komentar
Posting Komentar