Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2022

HARAPAN

Hai.... Lelah ya... Lelah ya sama dirimu sendiri... Lelah ya melihat ketertinggalan dirimu jika dibandingkan dengan orang lain... Merasa sudah berjuang sekuat tenaga Tapi ternyata masih begini-begini saja rasanya Pun juga orang yang melihat ke arah kita Tak ada perubahan yang berarti Baik bagi diri sendiri maupun masa depan  Apakah dalil, "setiap orang memiliki jalannya masing-masing!" masih berlaku? Mengapa rasanya jalanku panjang sekali Teman-temanku sudah sampai di jalan suksesnya mereka Mengapa aku masih tetap di lubang jalanku? Kapan aku bakal sampai ke jalan suksesku? Masih lamakah? Atau sebentar lagi? 2022 bakal berakhir 2023 akan menyambut Tinggal menghitung dengan jari Semua yang terjadi di 2022 akan menjadi kenangan Entah kenangan buruk yang hanya melukai hati  Entah kenangan baik yang membekas menjadi rasa bahagia bagi diri Bukankah kamu masih memiliki harapan esok hari? Bukankah hari baru adalah harapan baru? Teruslah berharap akan kebahagiaan. Cepat atau lambat, ...

Terima Kasih

 Hai kamu... Terima kasih ya... Sudah bertahan sampai detik ini. Terima kasih, telah sampai di detik ini. Terima kasih, kamu masih semangat menjalani hari ini. Pasti tidak mudah kan untuk melewati semua ini, tapi ternyata kamu bisa kuat.  Kamu bisa tetap kokoh berdiri di tengah semua rasa yang menghampirimu. Lelah, sedih, stres,  dan tertekan, semua pernah kamu rasakan. Kamu tahu, siapa musuh terbesarmu? Jawabannya adalah dirimu sendiri. Ketika tidak ada lagi orang-orang yang menjadi lawanmu, kamu harus bisa melawan dirimu sendiri. Kamu harus menghadapi dirimu; ketakutanmu, kemalasanmu, kekhawatiranmu, kecemasanmu, kelelahanmu, keputusasaanmu, dan yang lainnya. Satu kunci yang harus kamu pegang, kamu harus selalu tersenyum. Bagaimanapun keadaannya, kamu yang mencakup jiwamu, hatimu, juga pikiranmu harus seneng. Beban bukan beban jika dilakukan dengan hati yang gembira. Lelah bukan lelah jika dilakukan dengan jiwa yang bahagia. Jalani sepenuh hati.  Jalani dengan kesu...

RASA (!?)

Kuatku... Bukan seperti apa yang orang lain lihat. Lemahku... Bukan seperti apa yang orang lain tahu. Tangisku... Bukan seperti apa yang orang lain pahami. Bahagiaku... Bukan seperti apa yang orang lain mengerti. Entah rasa yang mana yang terasa benar bagi dua belah pihak, diriku dan orang lain. Yang ketika rasa itu hadir, aku menyambutnya dengan rasa lapang dan orang lain yang memandangnya merasa tidak ada yang spesial.   "Oh, ini yang sedang aku rasakan..." "Ini rasa yang biasa. Bukan luar biasa." "Bukan rasa yang menganggu. Bukan rasa yang menghantui selama berhari-hari bahkan bertahun-tahun lamanya." "Rasa yang adil. Seimbang dan tidak berat sebelah." "Tidak apa-apa!" Rasanya berlebihan sekali, Ketika rasa itu hadir, aku menyalahkan apa-apa yang berada di luarku. Bukankah aku sendiri yang dapat menciptakan rasa-rasa itu? Memang, yang di luar diriku dapat membawa pengaruh. Tapi bukankah hanya diriku sendiri yang dapat memvalidasinya?...

Aku

Lebih baik sendiri ya? Memikirkan dan fokus ke diri sendiri dulu... Bilang kangen pun juga tidak ada respon Seperti bercerita kepada dinding yang dingin Ia tetap diam dan membisu Beku bagaimana pun keadaan di sekitarnya Ia akan kekeh menjadi dirinya yang tanpa pengaruh apapun Tidak peduli dengan orang di sekitarnya Mau dipaksakan juga ia akan tetap seperti itu Diubah dengan berbagai cara pun tak akan mempan Yang mampu mengubahnya ya dirinya sendiri Ya ya ya.... Apa yang aku rasakan mungkin lebih baiknya tidak pernah diungkap Apa gunanya diungkapkan jika yang terjadi hanya pengabaian? Buang-buang waktu saja kan? Hahahaha lucu... Aku mencintai seseorang yang perhatiannya tidak pernah ada untukku Meskipun aku tahu, dia juga mencintaiku Tapi apa benar seperti itu? Atau hanya aku yang terlalu berlebihan menganggapnya juga mencintaiku? Dasar perempuan, semuanya didasarkan pada perasaan Padahal yang hanya memiliki perasaan hanya dirimu, belum tentu juga dirinya.

Rindu Sajak

Hai angin... Kau terlalu kencang berhembus Dingin yang kau bawa terasa menusuk tulang Namun hangat menembus sanubari Membuat diri bergetar begitu hebat merasakan apa yang telah Tuhanku ciptakan Tentang diri dan apa yang mengelilingi Jagat raya menjadi saksi  Betapa kecilnya diri ini Tak sanggup bangkit tanpa ada yang entitas yang menggerakkan Bersyukur masih diberi kekuatan untuk menjalani hari demi hari Hingga akhir nanti

Surat Diri #4

Apakah selama ini aku yang terlalu egois?  Apakah selama ini justru aku yang paling tidak mengerti dirimu? Apakah selama ini aku yang selalu menuntut ini dan itu darimu? Sepertinya iya. Itulah yang aku rasakan saat ini. Aku merasa sangat bodoh sekali, berkali-kali bilang lelah dengan dirimu juga lelah dengan sikapmu.  Tapi selama itu pula, kamu tidak pernah mengatakan hal yang serupa. Kamu hanya diam, mendiamkan aku lebih tepatnya. Mendiamkan aku dengan pikiranku sendiri, dengan overthinkingku tentunya. Sejauh ini, aku merasa sebagai orang yang sangat sabar dalam menghadapimu.  Tapi kenyataannya, kamu yang selalu sabar dalam menghadapi diriku, keras kepalaku juga bawelku. Doaku  masih tetap sama untukmu. Justru rinduku yang setiap hari semakin besar. Entah sampai kapan ia akan memenuhi perasaanku.  Rindu? Ah, sepertinya hanya perasaanku saja. Bagaimana aku bisa membebaskan diriku dari rasa itu? Pertemuan? Tentunya akan menimbulkan efek rindu berikutnya. Aku ingi...

Hubungan Yang Dingin

 Sekarang, semenjak kejadian itu... Hubungan kita semakin hambar. Percakapan menjadi lebih canggung daripada biasanya. Sikapmu menjadi lebih dingin daripada sikapmu yang dulu. Di saat hubungan kita mulai membaik beberapa bulan, mengapa ada kejadian seperti ini? Aku tahu, ini semua berawal dari kebodohanku. Aku menjadi penyebab dari kejadian itu. Aku pun juga tidak pernah menyangka akan terjadi seperti ini. Mungkin benar katamu, ini ujian. Ujian untuk dirimu, hidupmu, dan hubungan kita. Aku tidak berpikir bahwa hubungan kita semakin renggang. Bukan. Bukan seperti itu. Rasa bersalahku bakal terus ada sampai kapan pun.  Meskipun aku telah menggantinya pun, tak akan pernah mengembalikan semuanya seperti itu. Termasuk dengan mengembalikan sikapmu kepadaku. Aku pun bingung, apa yang aku lakukan sekarang untuk menebus kesalahanku padamu? Sekedar untuk menanyakan kabarmu saja aku terlalu takut. Inginku bertemu denganmu. Sungguh, aku sangat ingin berjumpa denganmu. Mengobati rasa rindu...

Hari Sedih

 Aku tahu, hari ini akan terjadi Tapi aku tidak pernah menyangka bahwa bakal terjadi secepat ini.  Aku berpikir bahwa esok, minggu depan, bulan depan, atau tahun depan ketika aku berkunjung, aku masih bisa melihatmu, mencium tanganmu, bercengkerama denganmu. Tapi ternyata aku salah.  Engkau pergi dalam diam.  Tanpa sepatah kata pun terucap sebagai tanda perpisahan.  Tiada yang tahu kapan hembusan nafas terakhirmu, termasuk anak dan cucumu.  Engkau meninggalkan kami ketika kami sedang lengah, tertidur sejenak ketika menjagamu.  Tanpa aba-aba, ruhmu terlepas dari jasadmu dengan sangat halus. Hingga tiada orang yang mendengarnya. Aku masih terus bertanya,  Mengapa secepat ini? Mengapa engkau pergi ketika aku jauh darimu? Mengapa? Aku sangat sedih, merasakan kehilangan seseorang seperti dirimu. Meskipun kita jarang bertemu, namun aku sangat menyayangimu. Inginku tidak bersedih, tapi ternyata mataku terus menerus mengeluarkan air mata. Tanpa aku minta....

Surat Diri #3

Jam-jam rawan overthinking, pukul 23.21 WIB. Sudah mendekati tengah malam dan juga sudah waktunya untuk merehatkan tubuh setelah seharian beraktivitas. Entah siapa yang pertama kali mencetuskan kata "overthinking".  Yah... Kata yang membuat sebagian bahkan kebanyakan orang berpikiran yang berlebihan tentang sesuatu yang belum maupun yang tidak akan terjadi. Kata yang juga membuat orang-orang memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan. Karena, pada dasarnya hal-hal tersebut tidak ada sangkut pautnya, tidak ada kaitannya dengan dirinya.  Perlu contoh? Memikirkan kehidupan artis yang kontennya lewat di beranda sosial media kita, memikirkan bagaimana kayanya ia, memikirkan bagaimana kesehariannya, dan yang lainnya. Itu adalah sesuatu yang sebenarnya tidak perlu untuk dipikirkan. Kasarnya, mereka saja tidak tahu kalau kita hidup dan bernafas, lantas untuk apa kita repot-repot memikirkan mereka? Memang terkadang pikiran seperti itu, random, tidak jelas, dan ter...

Surat Diri #2

Kembali ke kota perantauan, rasanya seperti kembali ke hiruk pikuk pikiran, perasaan dan beban.      Kembali pula ke kesendirian yang terkadang terasa membosankan. Dan terkadang juga begitu menyesakkan. Beberapa hari dekat dengan sahabat, membuatku berpikir banyak hal. Merasa kebersamaanku tidak akan berakhir dengannya. Merasa duniaku akan baik-baik saja jika bisa selalu dekat dengannya. Merasa aku jauh lebih kuat jika ada dia di sampingku. Namun, itu hanyalah semu. Dia punya jalan yang harus ia lalui. Ia punya cerita yang harus ia selesaikan. Dunianya bukan hanya tentang dan bersamaku. Dia punya kehidupan lain yang tidak bisa aku sentuh, tidak bisa aku raih.  Memang benar... Kita tidak bisa melihat sesuatu hanya dari satu sisi saja. Dunia punya sisi lainnya. Masalahmu juga memiliki sisi yang lain, bukan hanya terdapat sisi buruknya saja. Bukankah Tuhan telah menciptakan sesuatu secara seimbang? Positif-negatif? Besar-kecil? Utara-selatan? Naik-turun? Tuhan ingin kam...

Surat Diri #1

Apa yang kamu syukuri hari ini? Mungkin hariku hari ini berjalan biasa saja. Sama seperti hari-hariku sebelumnya. Ingin memaksa diri sendiri untuk melewati hari-hari dengan lebih baik daripada hariku kemarin. Tapi hasilnya selalu sama. Sama saja. Kenapa begini?  Sebenarnya lelah dengan diri sendiri. Sudah sangat lelah dengan kemalasan diri. Sudah begitu bosan dengan kebobrokan diri.  Memuakkan.  Overthinking tentang banyak hal. Pendidikan, pertemanan, percintaan, keluarga, dan hal lainnya. Kok rasanya menyesakkan ya... Saat punya banyak impian dan tujuan, tapi tidak tahu harus ngapain. Bisanya hanya memikirkannya. Tanpa tahu harus berbuat apa untuk mencapainya. "Selama kita hidup, apapun bisa diubah." Karena setiap orang punya masalahnya sendiri, setiap orang punya cobaan hidupnya sendiri. Tidak sama satu sama lain.  Jalan menuju kesuksesannya pun juga berbeda-beda. Ada yang dengan mudah menemukannya. Dan ada pula melalui proses panjang dan berliku-liku untuk bisa...

Dua Orang = Dua Kaki

Aku pernah ada, namun kau sia-siakan. Aku pernah hadir, namun tidak pernah kau anggap. Aku pernah menemani, namun tak pernah terlihat olehmu. Aku pernah peduli, namun tak pernah kau hargai. Lantas apa yang aku tunggu darimu? Apa yang pantas aku nantikan dari dirimu? Rasanya seperti tidak adil. Mengapa harus aku yang berjuang sendirian? Sedangkan kamu masih sibuk dengan dirimu sendiri. Hubungan macam apa ini? Jika hanya sebelah pihak yang berjuang? Bukankah akan cacat? Ibarat hanya sebelah kaki yang melangkah dan kaki yang sebelahnya hanya diam saja tidak bergerak. Sekeras apapun aku berusaha untuk membuatmu bergerak, bukankah terasa sia-sia jika kamu tidak mau bergerak dengan kemauanmu sendiri? Satu pihak yang terus menahan dan menopang. Satu pihak hanya sebagai "beban" tambahan yang justru memberatkan. Dua orang = Dua kaki Ketika kita melangkah, kita memang tidak sejajar. Namun kita saling melengkapi untuk segera sampai di tujuan. Bukankah kita akan bersama ketika kita sedan...

Vanilla Latte dan Singkong BBQ

17 April 2022         Di sebuah kedai kopi yang letaknya agak masuk ke lorong dari jalan besar. Aku berjalan pelan untuk ke dalamnya. Cukup strategis kupikir. Karena jalan besar tersebut tidak pernah sepi dari hilir-mudik kendaraan. Jalan yang ketika sudah melewati tengah malam, rasa-rasanya sangat sepi. Hanya sedikit pengendara yang berani melewatinya.              Kafe yang cukup nyaman jika hanya untuk sekedar bersantai dan menghabiskan waktu. Meskipun ramai pengunjung, sebenarnya keadaan sekitarnya cukup sepi. Di belakang kampus besar, di tengah sawah dan agak berjarak dengan rumah penduduk. Yah... Kafe yang menjadi favoritku beberapa bulan ini. Di sinilah aku berada. Di ujungnya. Menghadap ke kegelapan malam.  Aku sampai disini ketika waktu berbuka puasa telah tiba. Kurang 10 menit lagi.         Yang niatnya awal aku mengunjungi tempat ini adalah ingin menikmati senja, namun ternyata haru...

Cerita Malam

 Hai... Ini adalah cerita tentang malamku Tidak seru Tidak lucu Tidak menghibur Tidak membawa manfaat Tapi aku akan tetap akan bercerita sepanjang tulisanku ini Tolong  dimengerti Aku hanya ingin menulis Menulis tentang apa yang aku rasakan dan kepada rasa ini tertuju Apakah aku sedang kasmaran? Tidak tahu. Sebenarnya aku pun bingung Mungkin butuh waktu untuk memastikan perasananku sendiri kepadanya Engkau jauh. Tak tergapai...  Rindu? Bisakah rindu? Bukankah rindu harus didahului oleh sebuah pertemuan? Sedangkan kita? Belum pernah bertemu sama sekali. Mungkin aku akan menantikan masa perjumpaan denganmu. Entah kapan itu akan terjadi. Atau pertemuan kita tidak akan pernah terjadi? Biasanya kita hanya bertemu via pesan WhatsApp dan  video call Duo. Tidak lebih dari itu.  Haha... Aneh ya kita... Iya kita. "Baper kok lewat ketikan." Kalau dipikir, iya juga ya.... Baper kok lewat ketikan. Kata baper -nya juga diketik. Bilang sayang dan cinta, juga lewat ketikan. Tap...

TATAPAN

Kulihat sekali lagi padamu Kutatap mata indahmu Bukan tanpa maksud dalam setiap tatapan yang kuberikan Bukan tatapan kosong tanpa makna Namun, ingin kusalurkan semua rasa yang telah menguasai diriku Hanya ingin kupastikan saja Apakah dalam sorot matamu ada aku di dalamnya Adakah ketulusan cinta yang hadir untuk diriku Entahlah.. Tatapanmu bukan tatapan yang biasa kamu berikan Tatapanmu terlalu sulit untuk kuterjemahkan Boleh jadi tiada kata yang mampu untuk mewakilinya Tiada ku mengerti artinya Satu hal yang dapat kupastikan Tatapan itu berbeda Biarlah itu menjadi misteri  Yang tabirnya akan terungkap dengan sendirinya

Renungan Malam

Sejenak kurasai diriku dalam tenangnya malam. Angin berhembus. Dengan mata terpejam, indra perabaku merasakan ada sesuatu yang berbeda. Yang biasanya ia hanya ditekan dan ditemui oleh hawa panas baik dari luar mauapun luar, kali ini ia merasakan sebuah kesejukan. Kesejukan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bulu kuduknya pun berdiri. Pikirannya pun dibuat melayang tak karuan. Apa yang diingatnya? Dan apa yang dipikirkannya? Entahlah. Terlalu banyak benang kusut yang memenuhi otaknya, yang entah kapan akan terurai dengan sendirinya. Campur aduk. Sebut saja seperti itu. Hawa sejuk yang merasuk. Suara angin yang terasa hilir mudik beradu dengan suara jangkrik malam penghuni lapangan yang gelap. Tanah dan batu menjadi temanku kala itu. Mungkin itulah kali pertama aku merasakan berteman bahkan bercengkerama dengan meraka. Bukan dengan suara yang dapat mengganggu kesunyiannya. Melainkan dari segenap rasa yang kusalurkan dan mereka salurkan kepadaku. Energi yang istimewa ku menyebutnya....

Kertas Memo

        Hanya beberapa kertas kecil. Isinya pun bermacam-macam, ketidakjelasan. Penuh, penuh dengan kekacauan tanpa keteraturan. Dua warna, merah muda dan kuning. Entah apa yang mendasariku memilih dua warna itu diantara warna-warna yang lain. Suka? Tidak juga. Mungkin dua warna itu yang menurutku cukup menarik. Menarik diriku untuk melihatnya. Bukan hanya dari kejauhan, tapi juga menuntunku untuk datang mendekat. Menggerakkan hatiku untuk memilihnya. Mengambilnya sebagai sebuah pilihan dan membelinya sebagai sebuah keputusan.           Disinilah ia mereka berada. Tertempel di sebuah tembok putih yang mulai memudar keputihannya. Terlihat kusam lebih tepatnya. Mungkin karena sudah bertahun-tahun lamanya. Apapun dapat melekat padanya. Debu yang paling utama. Yang lain ya kertas-kertas itu, dengan sengaja ditempel dengan atau tanpa maksud khusus. Yang pada awalnya berasal dari satu kesatuan, sekarang hanya sebagai sebuah lembaran, send...

SENTILAN

          Hariku, hari ini, bukan hanya hari biasa. Mungkinkah sebuah kebetulan? Tapi rasa-rasanya tidak tepat jika disebut dengan kebetulan. Bukankan dalam hidup sudah ada yang mengaturnya? Mengatur jalan hidup(?) Termasuk pertemuan hari ini. Mungkin lebih tepatnya ketidaksengajaan bagiku, tapi sebuah takdir yang telah ditulis oleh Tuhan. Bertemu dan berbincang dengan seseorang yang dari dulu selalu kuanggap "guru". Bukan guru sembarang guru. Namun seorang guru yang selalu berusaha untuk memahami santrinya. Meskipun kedudukannya sekarang sama dan setara, aku tetap menganggapnya guruku.            Obrolan siang tadi bukan obrolan sembarang obrolan. Obrolan yang biasanya hanya "seadanya" dan "sekenanya" karena ada sebuah dinding pemisah meskipun saling berhadapan, berubah menjadi obrolan yang panjang dan penuh makna. Tentunya bagi diriku.            Sebuah sentilan.     ...

Rela Menjadi Sahabat

Ah... Rasa nyaman ini datang terlalu cepat. Pada dia yang baru kukenal belum genap 2 tahun dan kita belum pernah bertemu sebelumnya. Dikau nun jauh di sana, di negeri Pyramid. Rasa nyaman karena intensitas komunikasi kita yang terlalu sering, terutama melalui pesan WhatsApp, membahas apa pun, tentang apa pun, membuat rasa itu tumbuh secara perlahan-lahan dan bukan karena paksaan apalagi diada-adakan. Semua ini mengalir... begitu deras dan sangat deras. Tak sanggup aku menolaknya dan mengingkarinya. Rasa yang kamu berikan begitu kuat, berat dan tidak mungkin kuanggap sebagai hal yang sepele. Yang aku tahu, masalah hati tidak mungkin dianggap enteng. Karena dalam hati yang paling dalam, terdapat nama Rabb-ku yang bersemayam. Awal perkenalan yang tidak sengaja, 2019, hingga membawa kita ke titik ini. DRAFT Aku menulis ini pada 10 Maret 2022. Dan, pada tanggal 21 Desember 2024, laki-laki yang aku maksudkan di atas telah menikah dengan perempuan yang telah dicintainya selama bertahun-tahun...

TEKAD

Sudah terlalu banyak kata pertanyaan dalam setiap tulisanku. Entah itu apa, mengapa, kapan dan bagaimana. Harusnya di 17 hari tahun 2022 ini, aku memulai cerita baru. Cerita yang dipenuhi oleh kisah-kisah inspiratif yang mungkin suatu saat nanti dapat memberikan inspirasi bagi siapapun yang membacanya. Bukan hanya sekedar tulisan yang penuh dengan ketidakjelasan yang isinya hanya perihal perasaan. Perasaan yang berusaha untuk dipertahankan sekuat tenaga, namun terkadang berada di fase yang ingin sekali melepaskannya. Mengenyahkan dan membuangnya di dasar jurang yang paling dalam di alam semesta ini.  Aku... Sedang berusaha menguatkan tekadku. Sedang berusaha menggali potensiku. Sedang berusaha mencari tahu apa yang sedang menjadi tujuanku hidupku. Sedang berusaha untuk meluruskan langkahku menuju impian-impian yang telah aku rencanakan. Skripsi... Sepertinya dunia di luar sana sangat indah. Lebih indah jika hanya dibandingkan dengan kamar kosku yang di dalamnya terdapat aku yang me...

PENGEMIS

 Aku hanya ingin egois, untuk sebentar saja. Apakah itu tidak diperbolehkan?  Apakah itu terlarang jika aku hanya ingin sedikit waktumu untuk diriku? Selama ini aku berusaha untuk tetap mengerti dirimu, aktivitasmu dan kesibukanmu. Rasa-rasanya aku ini lebih cocok disebut sebagai "pengemis" daripada orang yang mencintaimu. Bagaimana tidak, aku berkali-kali memohon agar dirimu meluangkan waktumu untuk diriku. Mengharap belas kasihan darimu. Mengharap ucapan cinta darimu. Mengharap kamu selalu ada untuk diriku. Padahal yang aku pahami,  "Orang yang mencintaimu akan selalu meluangkan waktunya untuk dirimu, untuk selalu ada untukmu. Meskipun kamu tidak pernah meminta itu." Masih saja ya... Masih saja aku goblok perihal mencintai seseorang.  Orang-orang berkata bahwa aku telah kehilangan jati diriku yang sebenarnya. "Kamu bukanlah dirimu sendiri di hadapannya."  Aku menyadari, diriku yang sebenarnya adalah cuek dan bodo amat tentang banyak hal. Namun di depanny...