Langsung ke konten utama

Surat Diri #4

Apakah selama ini aku yang terlalu egois? 

Apakah selama ini justru aku yang paling tidak mengerti dirimu?

Apakah selama ini aku yang selalu menuntut ini dan itu darimu?

Sepertinya iya. Itulah yang aku rasakan saat ini. Aku merasa sangat bodoh sekali, berkali-kali bilang lelah dengan dirimu juga lelah dengan sikapmu. 

Tapi selama itu pula, kamu tidak pernah mengatakan hal yang serupa.

Kamu hanya diam, mendiamkan aku lebih tepatnya.

Mendiamkan aku dengan pikiranku sendiri, dengan overthinkingku tentunya.

Sejauh ini, aku merasa sebagai orang yang sangat sabar dalam menghadapimu. 

Tapi kenyataannya, kamu yang selalu sabar dalam menghadapi diriku, keras kepalaku juga bawelku.

Doaku masih tetap sama untukmu. Justru rinduku yang setiap hari semakin besar.

Entah sampai kapan ia akan memenuhi perasaanku. 

Rindu? Ah, sepertinya hanya perasaanku saja.

Bagaimana aku bisa membebaskan diriku dari rasa itu?

Pertemuan? Tentunya akan menimbulkan efek rindu berikutnya.

Aku ingin sekali menghubingimu.

Ingin sekali membaca pesanmu yang sangat jarang sekali lebih dari tiga kata.

Ingin sekali mendengar suaramu yang tidak ada bedanya dengan balasan pesan darimu, sangat singkat.

Ingin sekali betatap muka denganmu, meskipun hanya melalui layar teleponku.

Inginku tidak bersambut. 

Sekedar membalas pesanku saja kamu seperti enggan. Apalagi mengangkat telepon ataupun video call diriku. 

Ah... itu hanya suatu kejadian yang sangat langka. Tidak sampai tahap mustahil.

Ya sudahlah... Dimanapun kamu berada, semoga dilancarkan semua urusanmu.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...

Tentang Ziggy

Ziggy? Siapa Ziggy? Ziggy siapa? Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, seorang penulis Indonesia yang telah menerbitkan banyak buku. Aku menulis Tentang Ziggy sebagai wadah baru untuk menuangkan apa yang ada di dalam otakku setelah membaca beberapa buku karyanya.  Mari kita mulai. Aku telah membaca Di Tanah Lada (2015), Jakarta Sebelum Pagi (2016), White Wedding (2016), dan yang baru saja selesai Semua Ikan Di Langit (2017). Dan keempatnya aku baca di iPusnas. Bagaimana pada mulanya aku bisa membaca novel karangannya? Aku lupa persis kapan. Tapi, berdasarkan ingatanku yang ternyata tidak sekuat yang aku bayangkan, aku mulai mengetahui namanya dari Twitter―sebelum berubah nama menjadi X. Banyak orang yang berkomentar dalam sebuah Tweet tentang buku yang membuat orang yang telah selesai membacanya merasa kosong, dan mereka menulis "Di Tanah Lada" atau "novel karya Ziggy". Di lain itu, pada waktu yang lain, banyak orang yang menyayangkan tentang berita yang menyatakan bah...