Langsung ke konten utama

Kertas Memo

       Hanya beberapa kertas kecil. Isinya pun bermacam-macam, ketidakjelasan. Penuh, penuh dengan kekacauan tanpa keteraturan. Dua warna, merah muda dan kuning. Entah apa yang mendasariku memilih dua warna itu diantara warna-warna yang lain. Suka? Tidak juga. Mungkin dua warna itu yang menurutku cukup menarik. Menarik diriku untuk melihatnya. Bukan hanya dari kejauhan, tapi juga menuntunku untuk datang mendekat. Menggerakkan hatiku untuk memilihnya. Mengambilnya sebagai sebuah pilihan dan membelinya sebagai sebuah keputusan.

        Disinilah ia mereka berada. Tertempel di sebuah tembok putih yang mulai memudar keputihannya. Terlihat kusam lebih tepatnya. Mungkin karena sudah bertahun-tahun lamanya. Apapun dapat melekat padanya. Debu yang paling utama. Yang lain ya kertas-kertas itu, dengan sengaja ditempel dengan atau tanpa maksud khusus. Yang pada awalnya berasal dari satu kesatuan, sekarang hanya sebagai sebuah lembaran, sendirian. Orang -orang menyebutnya dengan berbagai nama; kertas memo, kertas tempel, memo stick, sticky note, memo tempel dan juga post-it.

        Diantara banyak nama diatas, sebut saja ia Keme alias kertas memo. Keme sangat berguna bagi manusia. Karena manusia bisa menulis apapun di Keme. Bisa saja hanya coretan tak bermakna efek kegabutan, bisa juga hanya sebuah curhatan akibat kegalauan hidup. Lebih jauh lagi, Keme berisi tulisan yang menjadi sebuah pengingat. Di era gempuran berbagai macam aplikasi di gawai yang fungsinya sebagai pengingat, Keme tetap eksis. Keme menempati tempat spesial tersendiri di hidup manusia. Namun, di akhir hidupnya hanya ada 2 pilihan, disimpan sebagai kenang-kenangan atau dibuang setelah tugasnya selesai ia laksanakan. Menyedihkan... 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...