Langsung ke konten utama

TOTTO-CHAN

Ini salah satu ceritaku ketika membaca sebuah buku. Buku tersebut berjudul Totto-chan (Gadis Cilik di Jendela).

Aku membeli buku itu hampir satu bulan yang lalu. Namun, baru kemarin aku memutuskan untuk membacanya. Ini adalah keputusan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan, aku masih memiliki dua buku yang sedang aku baca tapi belum aku selesaikan. Dua buku tersebut baru aku baca sekitar sepertiga buku dan aku bertekad akan membacanya hingga selesai terlebih dahulu sebelum aku membaca buku baru. Aku hanya khawatir, jika aku memulai membaca buku baru (lagi), buku baru itu akan memiliki nasib yang sama seperti buku yang pertama, diduakan, ditigakan, dan seterusnya.

Totto-chan (Gadis Cilik di Jendela) adalah buku yang direkomendasikan oleh rakyat X (baca: Twitter). Ketika itu, aku sangat ingin membeli buku baru karena aku sudah lama tidak membeli buku. Terakhir, aku membeli buku Dunia Sophie (yang hingga kini masih belum selesai kubaca) dengan diskon 50% ketika ada sebuah bazar buku dari salah satu penerbit. Dengan biaya yang terbatas, aku berniat membeli dua buku, satu buku pengembangan diri dan satu novel. Dihadapkan oleh beberapa pilihan yang memusingkan bagi keduanya. Buku pengembangan diri: The Psychology of Money atau Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat, novel: Totto-chan (Gadis Cilik di Jendela) atau Keajaiban Toko Kelontong Namiya. Pilihan dua buku yang akan kubeli, aku konsultasikan terlebih dahulu kepada rakyat X. Karena menurutku rakyat X adalah netizen yang cerdas dengan pikiran dan ilmunya. Yah... Meskipun tidak semua. Banyak juga yang hanya menggunakan jarinya tanpa menggunakan akalnya ketika menuliskan sesuatu untuk menjelek-jelekkan/menghina/mencela/mencemooh/memaki/memfitnah orang lain. Aku? Aku tidak tahu termasuk netizen yang mana. Aku jarang sekali berkomentar dan lebih banyak membaca komentar orang lain. Kalau pun berkomentar ya terbatas hanya pada postingan tertentu dan sekadarnya. Bagiku, diam adalah salah satu cara untuk menghindari konflik. Anggap saja, malas ribut.

Mari kita kembali ke pembahasan awal. Rakyat X memilih novel Totto-chan di antara dua pilihan yang aku buat. Mereka juga menyertakan alasannya ketika memilihnya. Sebenarnya, Totto-chan masuk ke dalam kategori buku anak-anak. Tidak heran jika banyak rakyat X yang membacanya ketika ia masih sekolah dasar. Andai sejak kecil aku rajin membaca buku, mungkin hingga sekarang aku sudah menyelesaikan ratusan buku. Sayang sekali... Aku kecil adalah aku yang malas untuk melakukan hal apa pun yang berkaitan dengan sekolah, termasuk membaca. Tapi aku tidak mau jika disuruh untuk berhenti/meliburkan diri untuk sekolah.

Ketika membelinya, tidak ada ekspektasi apa pun terhadap novel Totto-chan. Tapi aku yakin saja bahwa novel itu bagus hingga direkomendasikan untuk dibaca banyak orang. Dan ternyata... Memang bagus. Dua hari membacanya, aku sudah membaca 80 dari 291 halaman. Menceritakan kisah seorang anak perempuan yang bernama Totto-chan yang memiliki keingintahuan yang sangat tinggi. Satu cerita dari anak tersebut hanya terdiri dari 1-5 halaman. Tapi dari masing-masing cerita, aku dapat mengambil pelajaran. Aku suka anak-anak, aku ingin dekat dengan anak-anak, aku ingin tahu dan mengenal dunia anak-anak, aku ingin menjadi psikolog anak. Novel ini sangat cocok denganku sejak kata pertama yang aku baca di halaman pertama.

Nanti aku akan bercerita lagi tentang Totto-chan (Gadis Cilik di Jendela). 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...