Langsung ke konten utama

Random #1

"Kenapa ayam jarinya 4? Kenapa gak 5 kayak manusia? Atau kenapa manusia jarinya ada 5? Kenapa gak 4 kayak ayam?"


Kenapa ayam jarinya 4?

Ayam, seperti burung lainnya, merupakan keturunan dari dinosaurus theropoda. Dalam proses evolusi jutaan tahun, bentuk tubuh mereka beradaptasi agar efisien untuk bertahan hidup. Kaki ayam (dan burung umumnya) memiliki empat jari: tiga menghadap ke depan dan satu ke belakang (disebut hallux). Ini bukan asal-asalan. Pola ini sangat berguna untuk bertengger di ranting, berjalan di tanah, dan dalam beberapa spesies, mencengkram mangsa atau benda.

Jari kelima tidak mereka perlukan, jadi dalam perjalanan evolusi, jari kelima mengecil atau hilang karena tidak memberikan keuntungan bertahan hidup. Dalam evolusi, yang tidak berguna akan menghilang, dan yang berguna akan dipertahankan dan disempurnakan.


Kenapa manusia jarinya 5? Kenapa gak 4?

Manusia (dan mamalia umumnya) memiliki lima jari karena berasal dari nenek moyang vertebrata berkaki empat (tetrapoda) yang memiliki pola dasar lima jari. Ini disebut "pentadactyl limb", struktur yang dimiliki oleh hampir semua vertebrata darat: reptil, amfibi, burung, dan mamalia.

Meski begitu, tidak semua hewan tetap memiliki lima jari—kuda hanya punya satu jari yang sangat besar (jadi kuku), anjing punya empat utama dan satu dewclaw, dan paus malah hanya menyisakan struktur jari dalam siripnya.

Nah, manusia mempertahankan lima jari karena dalam sejarah evolusi kita, lima jari itu sangat berguna untuk menggenggam, memegang alat, memanjat, dan menulis. Evolusi "menyukai" struktur ini karena sangat multifungsi. Jadi, yang bertahan adalah yang paling membantu kelangsungan hidup dan fungsi sehari-hari.


Singkatnya:

  • Ayam punya 4 jari karena itu cukup dan efisien untuk aktivitas mereka sebagai burung.

  • Manusia punya 5 jari karena struktur itu adaptif banget buat kehidupan kita yang kompleks.

  • Evolusi bukan soal "angka yang bagus", tapi soal fungsi yang paling bermanfaat untuk bertahan hidup.


Sumber: ChatGPT

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...