Langsung ke konten utama

Februari yang Kacau

 Februari yang kacau. 

Aku merasakan itu. Banyak kejadian dan kesibukan yang terjadi di bulan Februari. Aku kehilangan rutinitas yang selama ini aku pertahankan. Aku tidak memiliki gairah untuk menyelesaikan buku yang telah aku baca hingga pertengahan bulan Februari ini, aku belum mengkhatamkan satu pun buku. Aku tidak lagi rutin menulis cerita acak seperti yang telah aku lakukan selama kurang lebih 3 bulan. Aku yang terlalu malas hingga laptop tidak mendukung untuk menulis adalah alasan yang menjadi sebabnya.

Apa hanya itu saja? Tentu saja tidak. Apa yang aku alami sejak awal bulan membuatku muak untuk melakukan banyak hal. Selain kehilangan rutinitas, aku juga kehilangan semangat untuk hidup. Hidup segan mati tak mau. Tanpa ambisi untuk mencapai sesuatu yang dapat memuaskan keinginan diri sendiri. Sekadar, ya sudah, jalani saja ceritanya.

Pemilu telah usai. Aku harusnya memikirkan kembali jalan hidupku untuk ke depannya, terutama jenjang karir apa yang aku jajali. Dua hari yang lalu aku mendaftar komunitas Narasi Jateng. Tepat di hari terakhir pendaftaran anggota. Padahal sejak awal pendaftaran, aku telah memiliki niat untuk mendaftar. Banyak alasan yang aku buat-buat untuk mengulur-ulur waktu hingga tiba di hari terkahir. Pesimis. CV yang sepi membatku hanya memiliki keyakinan 10% untuk dapat diterima dalam komunitas tersebut. Ini kali kedua aku memutuskan untuk mencoba “memberitahukan” kepada dunia apa yang aku inginkan. Jika terima, aku akan bekerja sebaik yang aku bisa. Jikalau tidak, ya sudah.

Hidup yang 90% berisi kata “ya sudah” dalam menjalani hari-hari. Melakukan aktivitas yang repetitif dan tidak membuat diri menjadi produktif. Sering kali aku bertanya kepada diriku sendiri, apa yang harus aku lakukan? Keputusan apa yang harus aku ambil? Jalan mana yang harus aku lalui? Aku mulai merasa muak dan lelah untuk hidup. Tidak ada bedanya antara ada atau tidak adanya diriku bukan? Jika pun mati dalam waktu dekat adalah takdir yang harus aku jalani, apakah itu takdir terbaik untuk kehidupanku di akhirat nanti?

Aku tidak ingin menyerah sekarang. Tapi sejujurnya aku mulai lelah. Lelah tentang apa dan bagaimana yang akan terjadi di hari-hari esok nanti. Februari yang kacau, masih ada 12 hari lagi untuk melewatu Februari. Ku harap, Februariku tidak sepenuh kacau.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...