Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2021

Malamku Sendu

  Malam ini aku sedang bersedih… Aht…. Rasanya begitu menyesakkan dada. Tangisku tanpa suara. Sakitku tanpa luka. Emosi menguasai. Rasa egois untuk memiliki sepenuhnya hadir kembali. Aku marah.. Aku lelah... Dan aku ingin menyerah… Kamu sudah sering mendengarkan cerita-ceritaku. Dan mungkin kamu juga sudah bosan membacanya.  Tapi kalau bukan kepadamu aku bercerita, menumpahkan keluh kesahku, lantas kepada siapa lagi aku harus bercerita? Orang-orang di sekitarku sekarang tidak bisa sepenuhnya mengertiku sama seperti kamu mengertiku… Kumohon… Jangan pernah jenuh dengan diriku dan ocehanku... Aku capek. Rasanya hidupku hampa tanpa arah tujuan yang jelas. Dan tiba-tiba terdengar sebuah lagu… Tetes air mata basahi pipiku Di saat kita kan berpisah Terucapkan janji padamu kasihku Takkan kulupakan dirimu Begitu beratnya kau lepas diriku Sebut namaku jika kau rindukan aku Aku akan datang Mungkinkan kita kan selalu bersama Walau terbentang jarak antara kita Biarkan kupeluk erat bayangmu...

KAMU

Teruntuk yang tersayang... Semoga kamu membaca ini, suatu saat ini... Entah kapan itu... Selamat malam Mas... Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja ya... Semoga malammu disana membawa ketenangan dan kedamaian untuk menemani istirahatmu. Istirahat dari lelahnya aktivitasmu hari ini,  istirahat dari penuhnya beban pikiranmu hari ini, istirahat dari segala kepenatan yang kamu alami hari ini. Aku sadar, aku bukan prioritasmu. Aku mencoba mengerti dirimu dan kesibukanmu. Aku sabar untuk selalu menanti kabar darimu. Aku selalu menunggu balasan pesan darimu.  Setiap waktu. Setiap saat. Tapi kenapa harus selalu aku yang mengertimu? Kenapa kamu tidak pernah mencoba untuk mengertiku? Apakah kamu tidak tahu bahwa aku selalu merindukanmu? Apakah kamu tidak tahu bahwa aku selalu memikirkanmu? Apakah kamu tidak tahu bahwa aku ingin kamu selalu ada di dekatku? Apakah kamu tidak tahu bahwa aku ingin kamu selalu menganggapku ada? Mas... Jujur saja, aku lelah. Aku lelah jika harus menunggu....

PEMIKIR

Aku... Aku selalu bertanya-tanya tentang siapa aku, siapa diriku, siapa jiwaku... Jika orang-orang berkata buruk tentangku, aku selalu bertanya, apa salahku? Apakah ada kata-kataku yang menyinggungnya? Jika orang-orang berbuat tidak baik padaku, aku selalu bertanya, apa salahku? Apakah aku pernah memperlakukannya dengan tidak baik? Hari-hariku selalu dipenuhi dengan pertanyaan. Pertanyaan tentang apapun yang terlintas. Pertanyaan-pertanyaan itu selalu menganggu pikiranku. Pertanyaan-pertanyaan itu selalu meribetkan diriku sendiri. Hidupku terlalu memikirkan sesuatu yang membuat waktuku terbuang sia-sia saja. Hidupku terlalu memikirkan apa yang akan terjadi esok hari. Hidupku terlalu memikirkan respon orang lain terhadap adanya aku.  Hidupku terlalu memikirkan apa yang dipikiran orang lain tentang aku. Hidupku terlalu memikirkan masalah orang lain yang itu tidak ada kaitannya dengan aku dan kehidupanku. Sudah tahu, sudah paham kalau itu tidak penting. Tapi selalu saja pikiran itu me...

LELAH

Lelah ya... Menantikan kabar dari seseorang yang sering menghilang ditelan kesibukannya. Lelah ya... Merindukan seseorang yang tak pernah bersyukur memiliki kamu. Lelah ya... Mengharapkan seseorang yang tak pernah menganggapmu ada. Lelah ya... Iya, lelah banget tentunya. Terus bertahan dengan rasa lelah yang menguras semangat. Baik jiwa, raga, maupun pikiran. Kenapa harus aku yang menjadi pihak yang selalu menunggu?  Kenapa harus aku yang menjadi pihak yang selalu menanti? Kenapa harus aku yang menjadi pihak yang selalu berharap? Mengapa harus aku? Mengapa harus aku? Mengapa harus aku? Mengapa harus aku yang selalu menanyakan kabarmu, harimu dan kesibukanmu? Aku perempuan.  Aku selalu bertahan. Aku punya perasaan. Aku lelah jika selalu diabaikan. Aku lelah jika selalu dinomorduakan. Aku lelah jika selalu dikesampingkan. Aku lelah jika adanya aku selalu diremehkan. Aku lelah jika perhatianku selalu disepelekan. Aku lelah jika hadirku tidak pernah dihiraukan. Aku lelah... Aku le...

Singgah, Sanggah dan Sungguh

Apakah dirimu adalah sebuah rumah? Jika jawabannya 'iya', apakah dirimu adalah tempat singgah? Jika jawabannya 'iya', apakah orang-orang di dalamnya ramah? Jika jawabannya 'iya', apakah mereka tak pernah marah?  Bagaimana perlakuan mereka terhadap orang-orang yang berbuat salah? Apakah mereka hanya diam dan bilang terserah? Ataukah mereka membuatnya seperti orang yang kalah? Apakah mereka memberikan dakwaan dan menjatuhkan vonis? Mengapa harus ada kata berjuang jika sebenarnya tidak ada yang harus diperjuangkan? Begitu pula dengan berkorban. Mengapa kata berkorban seakan-akan terlalu dramatis ketika didengar? Mengapa harus berjuang dan berkorban? Siapa yang pantas mendapatkan sebuah penghargaan dari kata pujian yang terucap? Aku ulangi, siapa yang sebenarnya pantas? "Siapa" masih menimbulkan tanda tanya, individu atau semuanya? Sepertinya harus memfokuskan terlebih dahulu pertanyaannya hingga bisa menentukan jawaban yang tepat. Di mana menemukan orang ...

Tentang Cinta, Mencintai dan Percintaan

Kau bertanya kepadaku tentang bagaimana caranya melupakan. Kau bertanya kepadaku, apakah ada sebuah doa penghapus ingatan? Kau bertanya kepadaku tentang salah, dosa dan mencintai seseorang. Kau bertanya kepadaku tentang ketidaktenangan hati. Kau bertanya kepadaku... Tentang Cinta, Mencintai dan Percintaan. Kau salah jika konsep cintamu adalah melupakan. Akan menjadi salah pula jika konsep cintamu adalah meminta. Apalagi jika konsep cintamu adalah keinginan dan obsesi. Mas.. Cinta itu perasaan yang indah. Bahkan dalam sakitnya merindu masih banyak yang ingin mempertahankan. Bahkan dalam perihnya cemburu masih banyak yang ingin memperbaiki. Bahkan dalam laranya perpisahan pun masih banyak yang enggan memberangus kenangan. Lalu kenapa kau harus melupakan cinta jika kau diperbolehkan menikmati kenangan? Lagipula, kau tak pernah mengutarakannya. Kau hanya mencintainya seperti air pada tanah yang cukup meresap ke dalam! Nikmati saja, saranku. Tak perlu melawan dan ingin melupakan. Apalagi me...

Ketika Yang Aku Jaga Adalah Jodoh Orang

Rasa itu muncul tiba-tiba, tanpa permisi, dan tanpa menunggu aku siap untuk membuka pintu hati. Mendobrak tanpa aba-aba, menerobos tanpa persiapan, dan singgah tanpa diharapkan kehadirannya. Bagaimana aku dapat menjaga perasaan ini? Bagaimana mungkin aku bertahan dengan rasa ini? Apa aku mampu menanggungnya seorang diri? Aku tidak tahu apa-apa. Yang aku tahu hanyalah rasaku tak pernah salah kepadamu. Apalagi palsu. Karena Tuhankulah yang telah menganugerahkan rasa itu langsung ke dalam hatiku.  Aku sadar... Sekuat apapun cinta yang aku berikan kepadamu, jika akhir kisah cintamu bukan aku, aku bisa apa?  Sekuat apapun sayang yang aku berikan kepadamu, jika ujung pencarian jodohmu bukan aku, aku bisa apa? Sekuat apapun rasa suka yang aku berikan kepadamu, jika masa penghabisan usiamu bukan bersamaku, aku bisa apa? Aku sadar...  Tak mudah untuk meyakinkan diriku sendiri akan hadirnya rasa ini. Rasa yang begitu besar. Yang tak mampu untuk aku kendalikan. Semua berada di luar ...

Aku Bisa Apa?

 Aku bisa apa? Saat kesibukan membuatmu lupa akan adanya aku? Aku bisa apa? Saat duniamu mampu menyingkirkan aku dari dalamnya? Aku bisa apa? Saat prioritasmu bukan aku? Aku bisa apa? Saat kamu tak pernah menghargai kehadiranku? Aku bisa apa? Saat kamu tak pernah ada buat aku? Aku bisa apa? Saat sedetikmu tak pernah luang untuk diriku? Aku bisa apa? Aku bisa apa? Aku bisa apa? Tolong jelaskan padaku! Sejujurnya! Jika kamu sibuk, mohon katakan! Jika kamu tidak ada waktu, mohon katakan! Jika kamu tidak bisa membalas pesanku, tolong katakan terlebih dahulu. Agar aku tak perlu menunggu balasan pesan darimu. Aku tidak butuh banyak waktumu. Aku hanya butuh sebentar saja. Beri tahu aku tanpa aku harus bertanya dan menduga-duganya terlebih dahulu. Sesederhana itu.