Langsung ke konten utama

Surat Diri #2

Kembali ke kota perantauan, rasanya seperti kembali ke hiruk pikuk pikiran, perasaan dan beban.
    Kembali pula ke kesendirian yang terkadang terasa membosankan. Dan terkadang juga begitu menyesakkan. Beberapa hari dekat dengan sahabat, membuatku berpikir banyak hal. Merasa kebersamaanku tidak akan berakhir dengannya. Merasa duniaku akan baik-baik saja jika bisa selalu dekat dengannya. Merasa aku jauh lebih kuat jika ada dia di sampingku. Namun, itu hanyalah semu. Dia punya jalan yang harus ia lalui. Ia punya cerita yang harus ia selesaikan. Dunianya bukan hanya tentang dan bersamaku. Dia punya kehidupan lain yang tidak bisa aku sentuh, tidak bisa aku raih. 

Memang benar... Kita tidak bisa melihat sesuatu hanya dari satu sisi saja. Dunia punya sisi lainnya. Masalahmu juga memiliki sisi yang lain, bukan hanya terdapat sisi buruknya saja. Bukankah Tuhan telah menciptakan sesuatu secara seimbang? Positif-negatif? Besar-kecil? Utara-selatan? Naik-turun? Tuhan ingin kamu melihat sisi yang lain dari masalah yang kamu hadapi, terutama sisi postif. 
 

Aku marah. Aku kecewa. Kepada diriku sendiri. Mengapa aku tidak bisa seperti orang lain? Mengapa aku tidak bisa mengejar ketertinggalanku? Mengapa rasanya dunia begitu jahat kepadaku?
Inginku membenci diriku sendiri. Inginku menghukum diriku sendiri. Tapi jika aku melakukan hal itu, bukankah aku sama dengan yang lain? Yang tidak memedulikanku? Yang tidak pernah menganggapku ada?

Pikiranku selalu dipenuhi oleh pikiran negatif. Aku selalu mengambinghitamkan orang lain atas gagalnya diriku. Aku lupa, bahwa yang menjalani hidupku itu diriku sendiri bukan orang lain. Yang punya kontrol atas hidupku ya hanya diriku sendiri. Mau seribu kalipun aku mau menyangkal bahwa hal buruk yang terjadi pada diriku itu karena orang lain, itu tidak akan pernah mengubah fakta yang sesungguhnya bahwa yang salah adalah diriku. Aku yang tidak bisa menjaganya. Aku yang tidak bisa mengendalikannya.

Dunia sudah begitu kerasnya kepada dirimu. Apakah kamu juga ingin melakukan hal yang sama terhadap dirimu? Jika dirimu tidak bisa mencintai dirimu sendiri, maka jangan pernah berharap bahwa orang lain juga akan mencintaimu. 
Kamu yang sebenarnya problematik, bukan dunia. Mungkin lebih tepatnya kamu dengan pola pikirmu. 
Jadi, S-T-O-P memikirkan sesuatu yang di luar dirimu. Yang bisa kamu kontrol hanya dirimu. Bukan orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...