Hm....
Tentang sebuah pilihan menurut pandangan filsafat, tulisan populerku sebagai tugas ujian akhir semester mata kuliah Filsafat Ilmu dan Manusia.
Pilihan, Yang Bebas atau Yang Menguntungkan?
Sebuah judul yang dapat dikaitkan dengan dua teori filsafat, eksistensialisme dan pragmatisme. Ketika kita mau membuat sebuah keputusan, berdasarkan apa?
Pertama, teori eksistensialisme, menekankan pada pentingnya kebebasan individu, tanggung jawab pribadi, dan pencarian makna dalam kehidupan. Dalam eksistensialisme, individu dianggap bebas untuk membuat keputusan dan menciptakan makna hidupnya, meskipun dunia ini mungkin tidak memberikan makna yang jelas atau objektif. Filsafat eksistensialisme berfokus pada pengalaman hidup yang nyata, mengakui ketidakpastian dan absurditas hidup, serta memperjuangkan kebebasan untuk menentukan nasib sendiri. Kedua, teori pragmatisme, pilihan harus didasarkan pada apa yang bekerja secara praktis dan efektif dalam situasi nyata di mana kebenaran atau nilai dari suatu tindakan hanya dapat diukur dengan hasil yang dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Pragmatisme menekankan pada pendekatan yang realistis dan terbuka terhadap masalah-masalah kehidupan, serta lebih berfokus pada bagaimana gagasan atau tindakan memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari, daripada membahas kebenaran atau teori secara abstrak.Secara singkat, menurut eksistensialisme, individu memiliki kebebasan untuk memilih sesuai dengan dirinya dan menentukan nasib sendiri serta bertanggung jawab atas pilihan dan tindakannya. Sedangkan menurut pragmatisme, keputusan yang baik adalah keputusan yang berdasarkan pada hasil praktis dan manfaat yang dapat dicapai. Eksistensialisme dan pragmatisme mengajak individu untuk mempertimbangkan dampak keputusan yang diambil dalam konteks kehidupan nyata dan pengalaman pribadi. Dalam eksistensialisme, keputusan sering kali diambil dalam konteks pencarian makna hidup. Individu diharapkan untuk memikirkan pilihan mereka dan bagaimana pilihan tersebut berkontribusi pada pemahaman mereka tentang diri dan dunia. Setiap keputusan yang diambil merupakan ekspresi dari keberadaan individu. Eksistensialisme mendorong individu untuk tidak hanya mengikuti norma sosial, tetapi untuk menemukan dan mengikuti jalan hidup yang sesuai dengan diri mereka sendiri. Dalam pragmatisme, pengalaman individu menjadi dasar untuk mengambil keputusan. Setiap keputusan diambil dengan mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dan bagaimana keputusan tersebut dapat memengaruhi situasi di masa depan. Pragmatisme mendorong individu untuk berpikiran lebih fleksibel dan terbuka terhadap perubahan. Jika hasil dari suatu keputusan tidak memuaskan, individu didorong untuk mengubah pendekatan dan mencoba alternatif lain.Tentu tidak mudah jika harus memilih salah satu di antara beberapa opsi yang penting. Apalagi jika keputusan itu harus dibuat sesegera mungkin dan berdampak pada nasib banyak orang. Sebuah pilihan hendaknya diputuskan dengan penuh pertimbangan. Semakin besar masalah yang dihadapi, semakin besar pula konsekuensi yang akan didapatkan. Terkadang, akan selalu ada celah untuk mempertanyakan apakah keputusan yang telah diambil tersebut benar atau salah. Beberapa orang mengatakan untuk membuat keputusan yang memiliki lebih banyak manfaat dan lebih sedikit risiko, yang lain mengatakan untuk mendengarkan kata hati dan pikiran.
Lalu, pilihan mana yang harus dibuat? Berdasarkan kebebasan diri? Atau yang bermanfaat?Dua aliran filsafat di atas memberikan perspektif yang berbeda namun saling melengkapi dalam proses pengambilan keputusan. Eksistensialisme menekankan pentingnya kebebasan, tanggung jawab, dan pencarian makna dalam setiap keputusan yang diambil. Sementara pragmatisme menawarkan pendekatan yang lebih praktis dan berbasis hasil. Keduanya mengajak individu untuk berpikir kritis dan reflektif dalam menghadapi pilihan hidup. Selanjutnya, pengambilan keputusan diserahkan kepada preferensi masing-masing individu.
"Bagaimana kesimpulannya?" Pertanyaan dosenku untuk kedua kalinya ketika aku menjawab pertanyaan yang sama dengan kalimat terakhir dalam tulisanku. Jawabanku untuk pertanyaan kedua adalah tergantung dengan situasi dan kondisinya. Ada saat di mana kita harus mengambil keputusan berdasarkan kebebasan untuk menentukan nasib kita sendiri dan ada saat di mana kita harus mempertimbangkan dampak atau manfaat dari keputusan yang kita ambil.
"Bisa diberikan contoh berdasarkan pengalamanmu?" Pertanyaan selanjutnya.
"Tentu saja."
Lantas berikutnya aku menceritakan bagaimana keputusan yang aku buat selama tahun 2024. Dua keputusan terbesarku: menjadi guru TK dan kuliah psikologi. Menjadi guru TK dapat dikaitkan dengan pengambilan keputusan berdasarkan teori pragmatisme, karena keputusan yang aku ambil memiliki dampak untuk orang lain―dalam hal ini anak-anak kecil yang aku ajar. Sedangkan kuliah psikologi dapat dikaitkan dengan pengambilan keputusan berdasarkan teori eksistensialisme, karena keinginanku untuk mewujudkan apa yang aku impikan sejak beberapa tahun yang lalu.
Pada akhirnya, "Tulisan kamu saya terima."
😀
Komentar
Posting Komentar