Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu.
Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu yang bersamaan.
Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.
Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa diriku merasa kesulitan untuk fokus kepada satu hal. Dalam banyak kesempatan, aku kerap kali merasa tidak bisa berkonsentrasi ketika harus mengerjakan satu aktivitas saja. Awalnya aku berpikir, itu biasa saja. Tapi ternyata tidak sesederhana itu. Kadang aktivitas yang aku lakukan tidak selesai dengan baik.
Setelah aku telusuri lebih lanjut, ternyata kebiasaan multitugasku terbentuk sejak kecil. Seingatku, itu dimulai ketika aku berada di bangku Madrasah Ibtidaiyah (atau mungkin sebelumnya), ketika aku masih tinggal bersama dengan Mbah. Waktu pagi sebelum berangkat sekolah, wajib bagi diriku untuk sarapan terlebih dahulu. Dan ketika menyantap makan pagi, selalu dibarengi dengan televisi yang menyala, menampilkan film kartun. Aku sarapan dengan menonton televisi. Apakah aku menikmati makanan yang tersedia di piring? Tentu tidak. Aku lebih fokus menonton televisi daripada makan. Menonton televisi menjadi kegiatan utama daripada sarapan dan membutuhkan waktu kurang lebih setengah jam untuk menghabiskan sarapanku. Seringnya, karena waktu berangkat sekolah sudah tiba, aku tidak menghabiskan sarapanku. Sebagai akibat, ibuku selalu marah karena sarapanku tidak habis.
Lagi, lagi, dan lagi. Aku ulangi hingga sekarang. Sejak aku kelas 7, aku terbiasa makan dengan mondar-mandir. Aku makan sambil melakukan aktivitas lain; mengganti baju, menata rambut dan jilbab, menyiapkan buku pelajaran dan yang lainnya.
Orang-orang di sekitarku, termasuk orang tuaku dan teman-temanku mengenal diriku sebagai orang yang makannya lama―beberapa orang berkata aku orang yang lelet. Aku pikir, aku hanya orang yang makannya lama. Tapi ternyata tidak. Itu merembet ke aktivitas yang lain. Aku membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan kegiatanku; makan, mandi, mencuci, mengerjakan tugas dan yang lainnya. Ketika aku makan, aku menyambinya dengan menonton film, bermain gawai dan sosial media. Ketika aku mengerjakan tugas, aku menyambinya dengan mengerjakan tugas lain, mendengarkan musik, dan makan camilan. Bahkan, ketika aku membaca buku, aku terbiasa membaca dua buku dalam sekali waktu.
Dari aktivitas multitugas yang aku lakukan, itu membawa dampak negatif pada diriku. Aku membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan satu tugasku. Ya, aku lamban dalam melakukan sesuatu. Ketika berjalan-jalan dengan teman-temanku, aku berada di barisan paling belakang. Ketika aku makan bersama, aku orang yang selesainya terakhir. Ketika aku mandi, aku harus mandi di urutan paling akhir dari anggota keluarga yang lain.
Selain itu, aku sering merasa keteteran. Aku bisa berpikir lebih jernih jika berada di situasi yang mendesak, tapi di satu sisi, aku merasa kurang maksimal dalam menyelesaikan satu tugas atau aktivitas tertentu. Sesuatu yang menjadi efek samping dari multitugas adalah prokrastinasi, kebiasaan menunda-nunda yang menyebabkan diriku memiliki manajemen waktu yang buruk, kesulitan berkonsentrasi, ketakutan dan kecemasan, keyakinan negatif, masalah pribadi, mudah bosan, ekspektasi dan perfeksionisme yang tidak realistis, serta kurang tidur.
Setelah aku menulis ini, aku bertekad untuk memperbaiki diriku, memperbaiki kebiasaan yang aku anggap buruk, menjadi pribadi yang lebih positif dalam mengisi hari-hariku.
Komentar
Posting Komentar