Menjadi seorang guru... Bukan keputusan mudah untuk kuambil. Aku tidak hanya memikirkan ini dalam hitungan hari saja. Aku tidak memiliki pikiran impulsif sama sekali. Kalau ada orang yang bertanya tentang alasan mengapa aku mau menjadi guru, mungkin aku akan menjawab seperti judul tulisan ini. Ya, yang aku cari, lebih dari gaji.
Setelah lulus kuliah, banyak pikiran tentang masa depan yang begitu mengganggu pikiranku. Terutama yang berkaitan tentang pekerjaan. Akan menjadi seperti apa aku nanti? Sebelum wisuda, melihat teman-teman kuliah yang telah lulus, kebanyakan memilih menjadi seorang guru. Dan aku bertanya kepada diriku sendiri, kenapa lulusan Ilmu Hadis (baca: sarjana agama) memiliki karier sebagai guru? Kenapa harus guru? Apakah peluang untuk bekerja di bidang lain sangat sedikit? Apakah kita tidak memiliki banyak keahlian di bidang yang lain? Apakah banyak yang menyesal masuk jurusan Ilmu Hadis?
Setelah lulus, satu per satu pertanyaanku terjawab. Aku mengerti mengapa dari mereka memilih menjadi guru. Mungkin ini bukan saja tentang materi yang diajarkan selama bangku perkuliahan. Namun juga berkaitan dengan individu itu sendiri. Aku sendiri merasa bahwa mata kuliah yang diajarkan, kurang relevan untuk diterapkan di lingkungan pekerjaan (secara umum). Ditambah dengan kurangnya relevansi materi yang diajarkan dengan kehidupan sekarang. Seharusnya, sedari awal sebelum memutuskan untuk berkuliah di Ilmu Hadis, kita sudah menata maksud dan tujuan selama berkuliah.
Aku merasa tak lebih pandai dari anak pondok yang mengaji kitab-kitab hadis. Aku merasa tidak memiliki keahlian dalam bidang apa pun. Aku merasa kemampuan bersosialisasi dan berorganisasiku kurang. Aku tidak pandai dalam mengungkapkan sesuatu di depan banyak orang. Dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Termasuk ketika aku ditawari untuk menggantikan temanku menjadi seorang guru Taman Kanak-Kanak.
Sedari awal aku menyetujuinya, aku tidak menanyakan tentang gaji yang akan aku terima setiap bulan. Aku merasa tidak terlalu memusingkan tentang gaji. Jauh sebelum itu, temanku pernah berkata bahwa kalau ingin kaya, jangan jadi guru. Sepertinya aku setuju dengan celetukan itu. Menjadi guru bukan tempat untuk menjadi kaya. Sejauh ini, aku menikmati aku yang menjadi guru, bukan karena uang yang akan aku terima, tapi lebih tepat jika disebut dengan salah satu sumber kebahagiaan dalam hidupku. Bertemu dengan anak-anak setiap hari, melihat kepolosan mereka, mendengarkan mereka berceloteh, memandang tingkah lucu mereka membuat hidupku lebih berwarna dan bersemangat dalam menjalani hari-hariku yang penuh dengan ketidakpastian ini.
Komentar
Posting Komentar