Langsung ke konten utama

LAMA

Selamat malam wahai diriku sendiri...

Telah lama dirimu tidak menuangkan apa yang ada dalam pikiranmu ke dalam bentuk kata-kata pada media yang dahulu hampir setiap hari kamu kunjungi. Tulisan terakhir bertanggal 5 Mei 2024 tentang sebuah novel berjudul Di Tanah Lada. 

Dua pekan kemudian, aku melakukan perjalanan dalam rangka "menenangkan diri" (anggap saja seperti itu). Dari perjalanan yang hanya berlangsung 3 hari, tak kusangka membawa dampak yang cukup kuat dalam diriku sendiri. Entah karena tempat yang kukunjungi atau pun orang-orang yang kutemui selama perjalanan, aku tidak tahu hal itu. Perjalanan tersebut membawa perubahan dalam diriku terutama emosionalku. 

Entah mengapa, aku menemukan semangat dan motivasi baru. Tidak seperti sebelumnya, energi positif lebih mendominasi daripada emosi negatif untuk saat ini. Jika dahulu, tanpa ada sebab yang jelas, aku bisa tiba-tiba merasakan sedih dan beberapa kali hingga menangis. Stres? Mungkin hal tersebut benar. Setelah pulang dari perjalanan, aku lebih tahu bagaimana cara meregulasi emosiku. Ketika aku merasa memiliki masalah dan kepalaku mulai dipenuhi pikiran-pikiran yang tidak jelas, aku menuliskannya. Konon katanya, ketika kita menuliskan masalah yang kita miliki, secara tidak langsung masalah kita akan berkurang setelahnya. Apa pun pikiran yang menurutku mengganggu, aku menuliskannya (meskipun tidak setiap hari aku melakukannya).

Bagaimana dengan hari ini?

Aku merasa lelah menjalani rutinitas yang tidak membawa kemajuan bagi diriku di masa depan selain membaca buku. Apakah dengan membaca buku akan membuatku pintar? Tidak juga. Tujuan utamaku membaca buku bukan untuk membuat diriku menjadi orang pintar. Tapi, aku hanya ingin "tahu" apa yang sebelumnya belum aku ketahui. Aku bertekad kepada diriku sendiri, tidak akan membiarkan otakku menganggur lama. Dengan membaca buku, aku membuat otakku terus bekerja dengan kata-kata maupun pemahaman baru akan suatu hal. 

Target membaca 50 buku sebelum "siap" menikah belum berhasil. Aku baru menyelesaikan 44 buku sejauh ini. Harapanku, setelah selesai dengan targetku, aku bertemu dengan jodohku. Apa aku ngoyo membaca buku hanya untuk demi memenuhi targetku sebelum menikah? Memang benar. Tapi yang aku cari lebih dari itu. 

Pertanyaan yang muncul akhir-akhir ini, bagaimana jika targetku telah selesai tapi ternyata aku tidak langsung bertemu dengan jodohku? Sepertinya menakutkan dan mengkhawatirkan. Tapi jawaban yang paling rasional bagiku yang akan berusia 24 tahun dalam beberapa jam lagi adalah melanjutkan hidup tanpa terlalu memusingkan apa yang di luar kendaliku. 2019, aku pernah memiliki harapan untuk aku bisa menikah di atas usia 23 tahun dan di bawah 25 tahun. Kemungkinan besar harapanku akan terjadi di usiaku yang ke-24 tahun, satu tahun lagi. Kalau 50 buku telah selesai tapi aku belum bertemu jodohku, aku akan terus membaca buku hingga jumlah yang tak terbatas. Aku akan fokus pada kuliah yang aku impikan sejak dulu. Aku akan melakukan banyak hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. 

Sekian...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

Tentang Ziggy

Ziggy? Siapa Ziggy? Ziggy siapa? Ziggy Zezsyazeoviennazabrizkie, seorang penulis Indonesia yang telah menerbitkan banyak buku. Aku menulis Tentang Ziggy sebagai wadah baru untuk menuangkan apa yang ada di dalam otakku setelah membaca beberapa buku karyanya.  Mari kita mulai. Aku telah membaca Di Tanah Lada (2015), Jakarta Sebelum Pagi (2016), White Wedding (2016), dan yang baru saja selesai Semua Ikan Di Langit (2017). Dan keempatnya aku baca di iPusnas. Bagaimana pada mulanya aku bisa membaca novel karangannya? Aku lupa persis kapan. Tapi, berdasarkan ingatanku yang ternyata tidak sekuat yang aku bayangkan, aku mulai mengetahui namanya dari Twitter―sebelum berubah nama menjadi X. Banyak orang yang berkomentar dalam sebuah Tweet tentang buku yang membuat orang yang telah selesai membacanya merasa kosong, dan mereka menulis "Di Tanah Lada" atau "novel karya Ziggy". Di lain itu, pada waktu yang lain, banyak orang yang menyayangkan tentang berita yang menyatakan bah...

SIAPA PUN

Sejujurnya, ada hal yang mengusik pikiranku selama 7 bulan terakhir ketika aku membuka akun blogger ini. Selain mengusik, hal itu juga menjadi pertanyaan yang ingin aku temukan jawabannya. Adalah, Bagaimana mungkin orang-orang bisa membaca tulisan-tulisanku? Dari pencarian yang mana, mereka bisa sampai di halaman yang isinya hanya omong kosong? Apakah itu sebuah ketidaksengajaan? Atau mungkin saja, sengaja? Dalam setiap tulisanku selama 7 bulan ini, ada beberapa orang yang melihatnya. Jumlahnya tak banyak, bisa dihitung dengan jari tangan kanan.  Memang, aku ingin menjadi penulis yang terkenal. Tapi, rasanya aneh jika ada orang yang membaca tulisanku. Aku? Merasa tidak percaya diri ketika ada orang yang membacanya. Kebiasaanku yang mungkin "buruk" ketika aku menulis adalah aku tidak bisa membaca kembali apa yang sudah aku tulis. Rasa yang aku berikan ketika aku menulis dengan rasa ketika aku telah selesai menulisnya itu sangat berbeda, menurutku. Ada tulisan yang aku buat ket...