Langsung ke konten utama

Kenangan Our Beloved Summer

Suatu waktu, ada orang asing yang aku hubungi lewat direct message salah satu aku media sosial. Setelah beberapa obrolan ringan terjadi, obrolan berlanjut tentang dunia drama Korea. 

Dia bertanya, "drama yang berkesan banget banget di kamu drama apa?" 

Orang asing tersebut tidak bertanya tentang drama yang aku sukai atau drama yang pertama kali aku tonton. Tapi justru ia bertanya tentang "drama yang berkesan banget". Sebelumnya, aku tidak pernah berpikir tentang kesan yang aku dapatkan ketika aku selesai menonton suatu drama. Namun, dari puluhan drama yang telah aku tonton, ada satu drama yang menurutku memiliki nilai yang lebih ketimbang yang lain.

"Our Beloved Summer," aku menjawab.

Drama Korea tersebut memiliki arti lebih bukan hanya dari kisah yang diperankan oleh pemainnya, namun juga orang yang merekomendasikan drama tersebut. Aku bernostalgia. Aku teringat juga pernah "mereview" sekilas our-beloved-summer di Blogger ini. Setelah aku membaca ulang, aku tidak bisa menyebut tulisan tersebut sebagai sebuah "review" film karena buruknya susunan kalimat yang aku tulis 1,5 tahun yang lalu. Banyak yang harus direvisi dan dijelaskan ulang. Sampai sekarang pun aku masih merasakan bahwa tulisanku sangat sangat sangat buruk. Dan aku harus belajar tentang bagaimana menulis dan menjadi penulis yang baik. Setidaknya itu yang harus aku memiliki sebagai orang yang memiliki cita-cita menjadi penulis.

Kembali lagi tentang kenangan Our Beloved Summer sebagai sebuah film yang berkesan. Sesuatu yang menarik perhatianku ketika aku membaca tulisanku sebelumnya, adalah kalimat "Kadang pas dulu capek sama hubungan kita, aku selalu nonton itu sih. Putus nyambung, ketemu, marah-marahan. Tapi selalu inget sama endingnya yang bahagia."  

Kenapa bisa menjadi drakor yang berkesan? Ada di titik di mana terdapat kesamaan, tapi dengan akhir yang berbeda. Karakter tokohnya, beberapa momen kebersamaan, dan mungkin ada kesamaan yang lain—sepertinya aku menontonnya kembali karena aku sudah mulai lupa dengan alur ceritanya. 

Kisah yang aku jalani selama 5 tahun, akhirnya telah selesai. Aku yang memilih untuk selesai dengan ketidakpastian yang aku jalani. Waktu tanpa ketidakjelasan status, "aku bagimu, siapamu?" 

Orang yang merekomendasikan drama Our Beloved Summer tidak pernah memberikan batasan yang jelas, yang boleh dan tidak boleh kulakukan terhadapnya. Bukan, bukan aku ingin melakukan sesuatu yang "berlebihan", tapi sekadar rindu pun tak bisa aku katakan padanya secara gamblang. 

"Hubungan kita, apa?"

Tanyaku pada diriku sendiri ketika membicarakan hal "romantis" menjadi sesuatu yang "aneh".

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...