Langsung ke konten utama

Review The Beginning of the Sea #2

Selama menonton The Beginning of The Sea, ada hal lain yang aku perhatikan, yaitu interaksi dan privasi antara Tsukioka Natsu dan Momose Yayoi. Meskipun keduanya berkencan, tapi mereka memiliki batasan-batasan antara satu sama lain. Baik Natsu maupun Yayoi, mereka sama-sama memiliki rahasia yang tidak bisa diceritakanatau setidaknya belum diceritakan. 

Setiap manusia pasti memiliki rahasia. Namanya juga rahasia, pasti tidak diceritakan. 

Namun, ada satu waktu di mana rahasia yang selama ini hanya mereka simpan sendiri, harus mereka ceritakan kepada pasangannya. "Oh ternyata keduanya memiliki sesuatu yang mereka sembunyikan," pikirku. Interaksi Natsu dan Yayoi juga terkesan canggung. Apakah karena kepribadian keduanya, yang sama-sama tertutup? Dengan mereka yang kesulitan untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Mereka juga membutuhkan waktu yang agak lama untuk mengkomunikasikan sesuatu.

 Ataukah memang pada umumnya orang Jepang seperti itu? Yang aku maksud di sini adalah tentang mereka yang tidak menanyakan hal-hal yang bersifat pribadi kepada orang lain, tidak kepo dengan urusan orang lain. Batasan yang lainnya yaitu mereka yang selalu meminta izin, ketika ingin mengobrolkan sesuatu yang dinilai "sensitif" atau melakukan sesuatu kepada pasangannya seperti menggenggam tangan dan berpelukan. Aku pikir itu sebagai bentuk memahami, menghargai, dan memberikan ruang kebebasan pribadi untuk pasangan. 

Apakah seseorang yang telah memiliki pasangan boleh memiliki rahasia yang tidak mereka ceritakan kepada pasangannya? Atau bolehkah seseorang yang telah memiliki pasangan melakukan aktivitas yang bersifat pribadi seperti melakukan hobinya? Tak menutup kemungkinan jika pertanyaan yang saya tuliskan itu memiliki jawaban yang berbeda, apalagi jika berkaitan dengan "rahasia". Rahasia ini bukan rahasia yang memiliki konotasi negatif seperti selingkuh. Selingkuh memang rahasia. Tapi rahasia yang mengkhianati dan menyakiti pasangannya. 

Lantas, hubungan yang dewasa itu bagaimana? Komunikasi yang baik itu seperti apa?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...