Langsung ke konten utama

JEDA

Bersamamu, gagal. 
Melupakanmu pun, gagal. 


Aku pun. 
Bukan hanya kamu yang merasa bahwa kamu gagal melupakanku, aku pun juga sejalan denganmu. Entah dalam fase itu, kita ingin "membuang" perasaan, kenangan, maupun orangnya dalam ingatan kita. Apakah kita memang bisa melupakan satu sama lain? Kemungkinan apa pun akan tetap ada. Keyakinan untuk melupakan memiliki kemungkinan akan terjadinya. Jawaban yang tergantung nanti namun tetap mendahulukan perasaan membuatku bertanya-tanya. "Kita masih ada kesempatan gak?" Hanya kata "mungkin aja" yang dapat menjawab pertanyaanku.

Jika saja aku mendapatkan jawaban yang lebih panjang sedikit saja, aku pasti akan mengungkapkan apa yang tertahan. Kurang lebih begini isinya:

Jika kesempatan itu ada, kita ingin menciptakannya atau menunggunya? Keduanya sama-sama membutuhkan waktu. Jika kita menciptakan kesempatan, kita harus bersusah payah membuka jalan untuk mendapatkannya dengan usaha dan doa kita. Waktu yang dibutuhkan dapat bersifat relatif, bisa "segera" maupun "lama". Jika kita menunggu kesempatan, tak banyak yang "mengharuskan" kita untuk melakukan sesuatu.

Sekarang, kita berada dalam final chapter. Aku menilainya seperti itu. Apakah kita akan benar-benar selesai? Aku pikir tidak akan semudah itu. Kita masih bisa membuat season 2 yang ceritanya berbeda dengan season 1. Tentunya dengan suasana yang lebih seru, asyik, membahagiakan, dan yang sejenisnya.

Kita akan membuat season 2. Tidak sekarang, tapi nanti. 

Mari menikmati jeda yang kita ciptakan setelah final chapter. Perlu jeda–spasi– agar tulisan dapat terbaca. Perlu tanda baca agar tulisan dapat dimengerti. 

Oke. Selamat mencoba... Nanti kasih tahu aku bagaimana hasilnya.  Jika tetap tidak bisa, tetap kabari aku. Aku akan menyambutmu kembali dengan senang hati. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...