Langsung ke konten utama

Hari Sedih

 Aku tahu, hari ini akan terjadi

Tapi aku tidak pernah menyangka bahwa bakal terjadi secepat ini. 

Aku berpikir bahwa esok, minggu depan, bulan depan, atau tahun depan ketika aku berkunjung, aku masih bisa melihatmu, mencium tanganmu, bercengkerama denganmu. Tapi ternyata aku salah. 

Engkau pergi dalam diam. 

Tanpa sepatah kata pun terucap sebagai tanda perpisahan. 

Tiada yang tahu kapan hembusan nafas terakhirmu, termasuk anak dan cucumu. 

Engkau meninggalkan kami ketika kami sedang lengah, tertidur sejenak ketika menjagamu. 

Tanpa aba-aba, ruhmu terlepas dari jasadmu dengan sangat halus.

Hingga tiada orang yang mendengarnya.

Aku masih terus bertanya, 

Mengapa secepat ini?

Mengapa engkau pergi ketika aku jauh darimu?

Mengapa?

Aku sangat sedih, merasakan kehilangan seseorang seperti dirimu.

Meskipun kita jarang bertemu, namun aku sangat menyayangimu.

Inginku tidak bersedih, tapi ternyata mataku terus menerus mengeluarkan air mata.

Tanpa aku minta.

Mengapa rasanya sesedih ini?

Ketika kutatap langit untuk menahan air mataku.

Seakan-akan ia juga sedang menatapku sembari berkata,

"Yang merasa kehilangan bukan cuma dirimu. Yang pernah kehilangan bukan cuma dirimu. Mengapa kamu begitu bersedih?"

Apakah Engkau disana sedih melihatku bersedih?

Semoga tidak.

Karena aku yakin,

Surga telah menanti kedatanganmu dan membukakan pintunya untukmu.


Selamat jalan...

Semoga kita dapat berkumpul lagi di sana.

Al-Fatihah...



Jumat, 15 Juli 2022


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lagu Itu...

Lagu itu... Adalah sebuah lagu yang mengingatkanku akan dirinya. Lagu yang pernah ia bilang sebagai "musik pertama" yang membuatnya "penasaran". Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaanku padanya sekarang. Dalam doaku terakhir kali, aku meminta jika ia bukan jodohku, semoga Tuhan menghapuskan segalanya tentang dia. Apa pun; perasaan, pikiran, serta kenangan yang pernah aku lalui bersama. Dan sekarang, orang itu masih memiliki sedikit tempat di hidupku. Entah bakal bertahan berapa lama, aku pun tak bisa menjawabnya.  Sampai Jadi Debu-Banda Neira . Kembali, tentang lagu. Karena orang tersebut, aku ikut mendengarkannya. Bukan karena aku suka, tapi orang yang aku suka menyukai lagu itu, aku jadi ikut suka. Setiap aku mendengarkan musik dalam mode santai, wajib bagi diriku untuk memutarnya. Dengan diiringi keheningan malam, setiap mendengar lagunya, menikmati alunan musiknya, mencoba memahami makna dalam setiap liriknya, pikiranku tertuju pada bayang-bayang yang tid...

MULTITUGAS

 Aku perlu menuliskan tentang maksud dari judul yang aku tulis untuk cerita yang akan tuangkan kali ini terlebih dahulu. Multitugas (dalam bahasa Inggris disebut dengan multitasking ) menurut KBBI berarti aksi melakukan beberapa tugas dalam waktu  yang bersamaan.  Satu semester aku kuliah di jurusan Psikologi, aku merasa lebih pandai dalam menilai dan memahami diriku sendiri daripada sebelumnya. Terlebih tentang "sesuatu" yang membentuk diriku hingga menjadi sekarang ini. Aku akan bercerita tentang pola aktivitasku ketika masa dewasa yang setelah aku ingat-ingat kembali, telah terbentuk sejak aku kecil. Dan itu "dibiasakan" dan menjadi "kebiasaan" hingga saat ini.  Seperti judul tulisan ini, multitugas. Mungkin orang-orang merasa asing dengan kata multitugas yang bagi diriku juga kata asing yang baru aku ketahui. Tapi, akan kugunakan dalam tulisan ini sebagai kata yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia.  Aku yang sekarang ini, aku menyadari bahwa ...

Hamba Tak Tahu Diri

Engkau bukan Malaikat juga bukan Nabi Engkau bukan Ulama juga bukan wali Engkau adalah hamba yang tak tahu diri Tak punya rasa malu sedikit pun kepada Ilahi Engkau menuntut begitu dan begini Ingin semua harapanmu terjadi Sesuai dengan apa yang kau prediksi Jika punya kehendak sesuatu, doamu cepat sekali Giliran disuruh berbuat ma’ruf, seringnya kau ingkari Sholat sering kau nanti-nanti Lebih mengedepankan urusan duniawi Zakat juga sedekah kau bilang esok hari Menunggu dirimu kaya punya emas berlian tujuh peti Ketika kau diberi limpahan rezeki Kau bilang itu adalah hasil usahamu sendiri Ketika kau diberi kecerdasan yang mumpuni Kau bilang itu adalah hasil dari apa yang kau pelajari Sombongmu tiada henti Kebaikan Tuhan kau dustai Tiada sesuatu pun yang kau sesali Hari berganti hari Penyakit hati semakin menggerogoti Congkak, tamak, pamer, iri juga dengki Dan akhirnya hatimu sudah tak kuat menahan sakit itu lagi Bendera putih telah ber...