Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2025

Tentang Seseorang yang Pernah Singgah

 Ada seseorang yang tak sengaja hadir, lalu perlahan menetap di ruang pikirku. Bukan karena perlakuannya yang luar biasa, tapi karena caranya membuatku merasa dimengerti hanya lewat percakapan-percakapan ringan. Aku tidak tahu sejak kapan rasa itu tumbuh. Mungkin saat aku mulai menunggu kehadirannya tanpa sadar. Atau ketika senyumnya membuat hariku terasa lebih ringan. Aku pernah berharap diam-diam, lalu memberanikan diri bicara jujur. Tapi tidak semua kejujuran mendapat sambutan yang sama. Kadang, yang kita kira akan menerima, justru memilih berjalan menjauh—dengan alasan yang tak bisa kita lawan. Aku tahu dia bukan milikku. Tapi hati ini belum sepenuhnya bisa melepaskan. Meskipun aku sedang mencoba... bahkan ketika kenyataan berkata ia telah menemukan tempat yang lain. Lucunya, harapan itu tak benar-benar padam. Ia sesekali muncul, seperti mimpi yang tak tahu diri, menghadirkan bayangan-bayangan yang tak seharusnya tinggal. Tapi aku belajar. Bahwa tidak semua rasa harus diperjuan...

Menolak Tanpa Membenci

Apa yang Salah dengan Diriku? Suatu hari—dan bukan hanya satu kali dalam sepanjang masa—aku memikirkan sesuatu. Ia datang seperti hantu: diam-diam mengikuti, tanpa bisa dicegah kehendaknya. Beberapa kali, aku sampai pada momen di mana pikiran itu muncul lagi. Keinginan untuk tidak menikah dan tidak memiliki anak. Pikiran yang, menurut kebanyakan orang, buruk. Bahkan menurut diriku sendiri—entah kenapa. Aku bertanya: kenapa aku harus memikirkan hal ini? Apa yang membuat keinginan itu tumbuh di dalam benakku? Apa yang terjadi pada diriku hingga muncul ide semacam itu? Kalau boleh jujur, keinginan itu bukan sekadar ikut-ikutan tren di media sosial yang sering berkata, “pernikahan itu menakutkan.” Bahkan sebelum konten-konten seperti itu bermunculan, benih dari pikiran ini sudah tumbuh dalam diriku. Hanya saja, dulu ia muncul sekilas. Kini, ia kembali—dengan suara yang lebih jelas. Bukan sebagai keputusan yang ingin segera kuambil, tapi sebagai pertanyaan yang menuntut jawaban: Kenapa aku ...

JUMBO

Tulisan ini adalah tulisan yang tidak selesai kutulis pada beberapa hari lalu karena suatu hal dan mungkin akan panjang. Malam ini aku menonton sebuah film animasi berjudul "JUMBO". Entah dorongan dari mana hingga akhirnya aku menonton film di bioskop lagi setelah film  Miracle in Cell No 7 pada tahun 2022 di salah satu bioskop Jogja. Selama beberapa hari terakhir, di beranda akun media sosial milikku berseliweran video tentang Jumbo. Entah cuplikan filmnya, soundtracknya , aktor-akris pengisi suara, orang di belakang layar, komentar dan reaksi orang-orang setelah menontonnya, kutipan kata-kata motivasi atau pesan moral yang di dapat dari film, dan yang lainnya.  Secara objektif, JUMBO adalah film animasi. Namun secara subjektif bagiku, film JUMBO memicu keadaan yang campur aduk. Secara emosi, sejak beberapa menit awal ketika anak bernama "DON" bermain dengan teman-temannya di sebuah lapangan, ia dipanggil "JUMBO" karena badannya yang besar  membuatku mula...