Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

Surat Diri #2

Kembali ke kota perantauan, rasanya seperti kembali ke hiruk pikuk pikiran, perasaan dan beban.      Kembali pula ke kesendirian yang terkadang terasa membosankan. Dan terkadang juga begitu menyesakkan. Beberapa hari dekat dengan sahabat, membuatku berpikir banyak hal. Merasa kebersamaanku tidak akan berakhir dengannya. Merasa duniaku akan baik-baik saja jika bisa selalu dekat dengannya. Merasa aku jauh lebih kuat jika ada dia di sampingku. Namun, itu hanyalah semu. Dia punya jalan yang harus ia lalui. Ia punya cerita yang harus ia selesaikan. Dunianya bukan hanya tentang dan bersamaku. Dia punya kehidupan lain yang tidak bisa aku sentuh, tidak bisa aku raih.  Memang benar... Kita tidak bisa melihat sesuatu hanya dari satu sisi saja. Dunia punya sisi lainnya. Masalahmu juga memiliki sisi yang lain, bukan hanya terdapat sisi buruknya saja. Bukankah Tuhan telah menciptakan sesuatu secara seimbang? Positif-negatif? Besar-kecil? Utara-selatan? Naik-turun? Tuhan ingin kam...

Surat Diri #1

Apa yang kamu syukuri hari ini? Mungkin hariku hari ini berjalan biasa saja. Sama seperti hari-hariku sebelumnya. Ingin memaksa diri sendiri untuk melewati hari-hari dengan lebih baik daripada hariku kemarin. Tapi hasilnya selalu sama. Sama saja. Kenapa begini?  Sebenarnya lelah dengan diri sendiri. Sudah sangat lelah dengan kemalasan diri. Sudah begitu bosan dengan kebobrokan diri.  Memuakkan.  Overthinking tentang banyak hal. Pendidikan, pertemanan, percintaan, keluarga, dan hal lainnya. Kok rasanya menyesakkan ya... Saat punya banyak impian dan tujuan, tapi tidak tahu harus ngapain. Bisanya hanya memikirkannya. Tanpa tahu harus berbuat apa untuk mencapainya. "Selama kita hidup, apapun bisa diubah." Karena setiap orang punya masalahnya sendiri, setiap orang punya cobaan hidupnya sendiri. Tidak sama satu sama lain.  Jalan menuju kesuksesannya pun juga berbeda-beda. Ada yang dengan mudah menemukannya. Dan ada pula melalui proses panjang dan berliku-liku untuk bisa...

Dua Orang = Dua Kaki

Aku pernah ada, namun kau sia-siakan. Aku pernah hadir, namun tidak pernah kau anggap. Aku pernah menemani, namun tak pernah terlihat olehmu. Aku pernah peduli, namun tak pernah kau hargai. Lantas apa yang aku tunggu darimu? Apa yang pantas aku nantikan dari dirimu? Rasanya seperti tidak adil. Mengapa harus aku yang berjuang sendirian? Sedangkan kamu masih sibuk dengan dirimu sendiri. Hubungan macam apa ini? Jika hanya sebelah pihak yang berjuang? Bukankah akan cacat? Ibarat hanya sebelah kaki yang melangkah dan kaki yang sebelahnya hanya diam saja tidak bergerak. Sekeras apapun aku berusaha untuk membuatmu bergerak, bukankah terasa sia-sia jika kamu tidak mau bergerak dengan kemauanmu sendiri? Satu pihak yang terus menahan dan menopang. Satu pihak hanya sebagai "beban" tambahan yang justru memberatkan. Dua orang = Dua kaki Ketika kita melangkah, kita memang tidak sejajar. Namun kita saling melengkapi untuk segera sampai di tujuan. Bukankah kita akan bersama ketika kita sedan...