Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2022

Renungan Malam

Sejenak kurasai diriku dalam tenangnya malam. Angin berhembus. Dengan mata terpejam, indra perabaku merasakan ada sesuatu yang berbeda. Yang biasanya ia hanya ditekan dan ditemui oleh hawa panas baik dari luar mauapun luar, kali ini ia merasakan sebuah kesejukan. Kesejukan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Bulu kuduknya pun berdiri. Pikirannya pun dibuat melayang tak karuan. Apa yang diingatnya? Dan apa yang dipikirkannya? Entahlah. Terlalu banyak benang kusut yang memenuhi otaknya, yang entah kapan akan terurai dengan sendirinya. Campur aduk. Sebut saja seperti itu. Hawa sejuk yang merasuk. Suara angin yang terasa hilir mudik beradu dengan suara jangkrik malam penghuni lapangan yang gelap. Tanah dan batu menjadi temanku kala itu. Mungkin itulah kali pertama aku merasakan berteman bahkan bercengkerama dengan meraka. Bukan dengan suara yang dapat mengganggu kesunyiannya. Melainkan dari segenap rasa yang kusalurkan dan mereka salurkan kepadaku. Energi yang istimewa ku menyebutnya....

Kertas Memo

        Hanya beberapa kertas kecil. Isinya pun bermacam-macam, ketidakjelasan. Penuh, penuh dengan kekacauan tanpa keteraturan. Dua warna, merah muda dan kuning. Entah apa yang mendasariku memilih dua warna itu diantara warna-warna yang lain. Suka? Tidak juga. Mungkin dua warna itu yang menurutku cukup menarik. Menarik diriku untuk melihatnya. Bukan hanya dari kejauhan, tapi juga menuntunku untuk datang mendekat. Menggerakkan hatiku untuk memilihnya. Mengambilnya sebagai sebuah pilihan dan membelinya sebagai sebuah keputusan.           Disinilah ia mereka berada. Tertempel di sebuah tembok putih yang mulai memudar keputihannya. Terlihat kusam lebih tepatnya. Mungkin karena sudah bertahun-tahun lamanya. Apapun dapat melekat padanya. Debu yang paling utama. Yang lain ya kertas-kertas itu, dengan sengaja ditempel dengan atau tanpa maksud khusus. Yang pada awalnya berasal dari satu kesatuan, sekarang hanya sebagai sebuah lembaran, send...

SENTILAN

          Hariku, hari ini, bukan hanya hari biasa. Mungkinkah sebuah kebetulan? Tapi rasa-rasanya tidak tepat jika disebut dengan kebetulan. Bukankan dalam hidup sudah ada yang mengaturnya? Mengatur jalan hidup(?) Termasuk pertemuan hari ini. Mungkin lebih tepatnya ketidaksengajaan bagiku, tapi sebuah takdir yang telah ditulis oleh Tuhan. Bertemu dan berbincang dengan seseorang yang dari dulu selalu kuanggap "guru". Bukan guru sembarang guru. Namun seorang guru yang selalu berusaha untuk memahami santrinya. Meskipun kedudukannya sekarang sama dan setara, aku tetap menganggapnya guruku.            Obrolan siang tadi bukan obrolan sembarang obrolan. Obrolan yang biasanya hanya "seadanya" dan "sekenanya" karena ada sebuah dinding pemisah meskipun saling berhadapan, berubah menjadi obrolan yang panjang dan penuh makna. Tentunya bagi diriku.            Sebuah sentilan.     ...

Rela Menjadi Sahabat

Ah... Rasa nyaman ini datang terlalu cepat. Pada dia yang baru kukenal belum genap 2 tahun dan kita belum pernah bertemu sebelumnya. Dikau nun jauh di sana, di negeri Pyramid. Rasa nyaman karena intensitas komunikasi kita yang terlalu sering, terutama melalui pesan WhatsApp, membahas apa pun, tentang apa pun, membuat rasa itu tumbuh secara perlahan-lahan dan bukan karena paksaan apalagi diada-adakan. Semua ini mengalir... begitu deras dan sangat deras. Tak sanggup aku menolaknya dan mengingkarinya. Rasa yang kamu berikan begitu kuat, berat dan tidak mungkin kuanggap sebagai hal yang sepele. Yang aku tahu, masalah hati tidak mungkin dianggap enteng. Karena dalam hati yang paling dalam, terdapat nama Rabb-ku yang bersemayam. Awal perkenalan yang tidak sengaja, 2019, hingga membawa kita ke titik ini. DRAFT Aku menulis ini pada 10 Maret 2022. Dan, pada tanggal 21 Desember 2024, laki-laki yang aku maksudkan di atas telah menikah dengan perempuan yang telah dicintainya selama bertahun-tahun...